Langsung ke konten utama

Pelinggih Kemulan Rong Tiga

Pelinggih Kemulan Rong Tiga
merupakan pelinggih yang paling inti
dalam Sanggah atau Merajan.

🍀Keputusan Seminar
"Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu"
➡bahwa Kemulan Rong Tiga
adalah Pelinggih Tri Murthi
atau Hyang Kamimitan
atau Hyang Kemulan
➡Yang disembah atau disungsung  di Pelinggih Kemulan Rong Tiga adalah
Ida Bhatara Guru
atau
Leluhur yang telah suci.

lontar yang sejalan dengan isi seminar adalah :

🍀Lontar Usana Dewa :
➡Pada sanggah Kemulan yang berstana adalah Sang Hyang Atma.
➡Kemulan rong kanan adalah Para-atma yaitu bapak.
➡Di Kemulan rong kiri adalah Siwa-atma yaitu ibu.
➡Di Kemulan rong tengah adalah wujudnya Brahma, yaitu ibu bapak yang sudah berwujud Sang Hyang Tuduh.

🍀Lontar Gong Besi
➡Pada Kemulan rong kanan sebagai bapak adalah Para atma.
➡Pada Kemulan rong kiri sebagai ibu namanya Siwa atma.
➡Pada Kemulan rong tengah wujudnya sebagai Susuna atma atau leluhur seterusnya,
yaitu ibu bapak dalam wujudnya pulang kepada Hyang Kuasa yaitu Sang Hyang Tunggal, mempersatukan wujud.

🍀Lontal Purwa Bumi Kemulan
➡Yang berstana di Sanggah Kemulan adalah atman sebagai Batara Hyang Guru atau Guru Rupaka.

🍀Lontar Siwa Gama Kemulan
➡Yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Sang Pitara
dengan menyebutkan
“Kramanta Sang Pitara muliheng batur Kamulannya nguni”.

Jadi Lontar-lontar tersebut menekankan bahwa yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Atman atau Pitara atau Sang Hyang Guru (maksudnya Guru Rupaka).

Roh-roh suci atau Dewa Hyang atau Batara Batari keluarga itu sendirilah yang distanakan di Kemulan rong tiga dan rong kalih yang disembah oleh keturunan mereka.

Yang disembah bukan Tri Murti atau Tri Purusa lagi,
karena semua itu sudah menjadi jiwatman yang berasal dari Guru Rupaka.

Bukan Batara Guru,
tetapi Guru Rupaka keluarga itu

Pada pelinggih Kemulan
kita memohon perlindungan dan keselamatan
apabila kita akan bepergian jauh.

Pada pelinggih Kemulan Rong Tiga
dapat dihubungkan dengan
ajaran “Tri Rnam”,
agar kita selalu ingat dan memuja kebesaran Sang Hyang Widhi
yakni tiga hutang manusia
yang harus dibayar, yaitu :
➡Hutang kehadapan Sang Hyang Widhi dan semua manifestasinya.
➡Hutang kehadapan Maha Rsi
➡Hutang kehadapan Leluhur

Timbul suatu pertanyaan mengapa kita menyembah roh leluhur yang telah suci?

Kita melakukan hal itu,
karena tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah
bersatu dengan yang maha suci.

Dewa Pitara yang distanakan di Kemulan itu, oleh karena telah mencapai kedewaan atau alamnya Sanghyang Tri Murti,
maka
Dewa Pitara itu diidentikkan dengan Sanghyang Tri Murti.

Akan tetapi
palinggih ini bukan pelinggih Tri Murti.

Pengidentikkan ini bisa diterima
karena....
Hindu mempercayai adanya moksa
yaitu luluh bersatunya Pitara/Atma
dengan Dewa atau Tuhan.

Oleh karena
Dewa Pitara itu identik dengan Sanghyang Tri Murti,

Dewa Pitara yang berstana di Kamulan
juga disebut Bhatara Hyang Guru.

Bhatara Hyang Guru di sini adalah Dewa Pitara itu sendiri
dan
Bhatara Guru adalah Dewa Siwa,
dalam fungsi beliau sebagai pendidik umat manusia

Konsep penyatuan sivasiddhanta dalam pelinggih Kemulan Rong Tiga
adalah
adanya
Sekta Siwa, Brahma dan Wisnu
karena Dewa Pitara itu identik dengan Sanghyang Tri Murti.

Bhatara Guru dalam pelinggih Kemulan Rong Tiga adalah Dewa Siwa,
dalam fungsi beliau sebagai pendidik umat manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an