Langsung ke konten utama

HEGEMONI

TEORI HEGEMONI MENURUT GRAMSCI

1.     A.           Pengertian Hegemoni
Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ‘eugemonia’.Sebagaimana yang dikemukakan encylclopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota (polism atau citystates) secaara individual misalnya yang dilakukan opleh negara Athena dan Sparta terhadap negara-negara lain yang sejajar (Hendarto, 1993:73).
Jika dikaitkan pada masa kini, pengertian hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”. Dalam politik internasional dapat dilihat ketika adanya perang pengaruh pada perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet yang biasanya disebut sebagai perang untuk menjadi kekuatan hegemonik dunia.[1] Adapun teori hegemoni yang dicetuskan Gramsci adalah:

Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.”[2]
Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.[3]
Dengan demikian mekanisme penguasaan masyarakat dominan dapat dijelaskan sebagai berikut:Kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan.
1.     B.           Refleksi
Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi. jika direfleksikan ke dalam kehidupan sosial-politik di Indonesia saat ini, maka saya mencoba mengambil contoh adanya ‘pasar modern ‘ yang marak saat ini dan menyebar hampir keseluruh wilayah di Indonesia. Pasar modern ini contohnya ada berbagai macam, diantaranya yang saya tahu adalah mini market (Alfamart,Indomaret, dsb) lalu adanya Mall yang dekat dengan rumah saya yaitu Metropolitan Mall, Giant, Bekasi Cyber Park, Bekasi Square, dsb. Serta makin maraknya bisnis waralaba yang ada dan datang dari Barat seperti KFC, McDonald, CFC, A&W, dsb.
Dari ketiga contoh tersebut dapat dikategorikan ke dalam bentuk hegemoni yang dilakukan oleh klas-klas borjuis menurut Gramsci dan penikmatnya termasuk klas proletarian. Dalam tulisan ini saya akan lebih memfokuskan pada refleksi tentang hegemoni dalam bentuk mall. Karena menurut sayamall adalah salah satu bentuk hegemoni berlapiskan budaya. Jika kita perhatikan, kini semakin maraknya pembangunan mall-mall di tanah air baik di ibu kota maupun di daerah. Dengan hadirnya mall di hampir setiap daerah, ternyata menimbulkan dampak yang cukup berarti. Melalui mall banyak hal yang dapat terjadi, lifestyle kita dipengaruhi. Mulai dari fashion,makanan, dsb. seolah-olah mall adalah sesuatu yang mempunyai legitimasi untuk membuat parameter seperti apakah seharusnya lifestyle  masyarakat saat ini. Mall lah yang dapat menjustifikasi mana yang modern dan mana yang norak. Disitulah, terjadi hegemoni budaya yang dikemas dalam polalifestyle yang berpola pada kebudayaan tertentu.
Dan disini negara pun ikut menjadi pelaku dari tindakan ‘hegemoni’. Peran negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi maka negara punya andil besar telah memberikan ijin bagi para pengusaha mall untuk mendirikan usahanya dan mengalahkan pasar tradisional. Maka dapat disimpulkan bahwa hegemoni yang dilakukan oleh mall mempunyai dampak yang signifikan dalam masyarakat Indonesia masa kini.
Referensi
Nezar Patria, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1999)
Artikel “Teori Hegemoni Gramsci”, Sabtu, 17 Oktober 2009, dalam situs http://valasiseng.blogspot.com/2009/10/teori-hegemoni-gramsci.html
Artikel “Hegemoni budaya”,  Jumat, 11 September 2009, dalam situshttp://irapurwitasari.blog.mercubuana.ac.id/author/hegemoni-buda

[1] Nezar Patria, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1999) hal. 116


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an