Langsung ke konten utama

PERBEDAAN HIBRIDA DENGAN INBRIDA




Perbedaan Varietas hibrida mapan05 dengan Inbrida inpari42
Semakin sempitnya lahan yang ditambah oleh semakin tingginya biaya produksi mengharuskan petani untuk menggunakan benih padi varietas unggul untuk meningkatkan hasil panen yang melimpah. Penelitian tantang varietas unggul baik padi hibrida maupun padi inbrida digalakkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan sertifikat benih untuk menjamin kualitas benih panih unggul.

Varietas padi hibrida adalah benih padi yang terbentuk dari benih generasi pertama atau lebih dikenal dengan istilah F1 dari hasil pemuliaan turunan suatu kombinasi persilangan antar jenis padi tertentu dengan keunggulan berpotensi mendapatkan hasil yang lebih tinggi dan tahan terhadap hama tertentu juga. Padi hibrida bersifat heterozigot homogen yang berdampak pada keseragaman tumbuh dan galur yang dihasilkan. Bila ditanam secara luas padi hibrida akan kelihatan lebih seragam dibandingkan dengan padi inbrida.

Karena bersifat heterozigot hasil panen padi hibrida atau turunan keduanya tidak bisa dibenihkan kembali sehingga harus terus membeli yang benih baru setiap musim tanam.

Varietas padi hibrida yang berkembang di Indonesia adalah varietas padi hibrida yang dibentuk menggunakan metode tiga galur, yaitu galur mandul jantan (GMJ) atau CMS (galur A), galur pelestari atau maintainer (galur B), dan tetua jantan yang sekaligus berfungsi sebagai pemulih kesuburan atau restorer (galur R). Ketiga galur (A; B; dan R) tersebut harus dibuat dan diseleksi secara ketat untuk membentuk hibrida unggul. Metode hibrida tiga galur mempunyai kelemahan antara lain produksi benihnya rumit, tidak setiap varietas dapat dijadikan sebagai tetua pembentuk varietas padi hibrida, dan hanya varietas yang tergolong restorner saja yang dapat dijadikan sebagai tetua jantanya.

Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri, sehingga secara alami varietas yang terbentuk berupa galur murni (inhibrida). ika semua lokus (tempat gen) pada tanaman tersebut telah homosigot (terisi oleh gen yang sama), maka dikatakan galur tersebut telah murni (galur murni) dan akan melakukan penyerbukan sendiri menghasilkan keturunan yang seragam dan sama persis dengan pertanaman generasi sebelumnya. Galur-galur murni terbaik sesuai dengan tujuan pemuliaan dilepas sebagai varietas
unggul. Varietas padi demikian adalah merupakan varietas padi inhibrida (galur murni). Contohnya adalah PB5, PB8, IR-64, Cisadane, Ciherang, Widas, Wayapoburu, Cimelati, Gilirang, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita petik beberapa pelajaran dari padi inhibrida dan hibrida sebagai berikut :

Varietas unggul padi hibrida memiliki potensi hasil lebih tinggi (sekitar 30%) daripada varietas unggul inhibrida.
Pada padi inhibrida petani dapat mengusahakan benih sendiri, sedangkan pada padi hibrida petani harus selalu membeli benih dari perusahaan benih.
Produksi benih hibrida lebih rumit, sehingga harganya lebih mahal.
Setiap daerah dan petani memiliki varietas terbaik, sesuai dengan kondisi dan tujuan masing-masing.
Penggunaan benih padi unggul adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil panen namun faktor lingkungan dan perawatan menjadi penyembab utama sukses atau tidaknya petani mendapatkan hasil sesua yang ditargetkan. Tidak akan berdampak signifikan bila petani tidak merawat padi dengan prosedur yang benar dan tidak akan mendapatkan hasilkan memuaskan bila tanpa air yang cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an