KUTIPAN
1.
ATMAN
A.
PENGERTIAN ATMAN
Wyapi wyapaka nirwikara: Tuhan yg
esa bersifat maha ada, maha kekal, tanpa awal dan akhir percikan-2 terkecil
dari paramaatma (tuhan) yg berada disetiap mahluk hidup.U Atman roh yg memberi tenaga hidup Atman
sering disebut SWATMAN atau JIWATMAN bagian dari Tuhan : sifatnya sngt gaib
(Parama suksma), tidak Atman pernah mengalami kelahiran dan kematian (Na jayate
naha niyamane)
B.
FUNGSI ATMAN
· Sebagai
sumber hidup citta (alam pikiran) dan stula sarira (badan wadag) dr segala mahluk
Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dosa perbuatan (karma) dr
segala mahluk.
C.
SIFAT-2 ATMAN
Sifat-2 Atman menurut Bhagavadgita adlh sebagai
berikut: •
·
Achodya = tak terluka oleh senjata
·
Adahya = tak terbakar oleh api
·
Akledya = tak terkeringkan oleh angin
·
Acesyah = tak terbasahkan oleh air
·
Nitya = kekal abadi
·
Sarwagatah = dimana-mana ada
·
Sthanu = tak berpindah-pindah
·
Acala = tak bergerak
·
Sanatana = selalu sama
·
Awyakta = tak dilahirkan
·
Achintya = tak terpikirkan
·
Awikara = tak berubah dan sempurna, tak laki-2 maupun
perempuan
D.
HUBUNGAN ATMAN DENGAN RAGA
Perpaduan atman dengan raga menyebabkan manusia hidup
yg jg di sebut JIWARAGA, NAMARUPA. NAMA = JIWA, RUPA = RAGA Disetiap mahluk
hidup, maka Atmanlah sumber hidupnya, sedangkan citta dan stula sarira adlh
alat untuk hidupnya
“ia yg berfikir bahwa jiwa adalah pembunuh dan ia yg berfikir bahwa jiwa dapat dibunuh, kedua mereka ini tak mengetahui kebenaran yg sejati” jiwa ini tdk dapat dibunuh.(bhagawadgita. II,19).
“ia yg berfikir bahwa jiwa adalah pembunuh dan ia yg berfikir bahwa jiwa dapat dibunuh, kedua mereka ini tak mengetahui kebenaran yg sejati” jiwa ini tdk dapat dibunuh.(bhagawadgita. II,19).
Atmanü > citta
& stula sarira = sifat satwam
Atmanü < Stula sarira = bersifat rajah & tamah
Tri antah karana : Manas, Budhi, Ahamkaraü
Atmanü < Stula sarira = bersifat rajah & tamah
Tri antah karana : Manas, Budhi, Ahamkaraü
E.
HUBUNGAN ATMAN DENGAN BRAHMAN
ATMAN : Tuhan yg terkurung dalam tiap-2 mahluk. Atman luput dr WISAYA (keadaan lahir, hidup, mati,
sakit, dll) Jiwa sbg sakti dr Atman, dpt kena WISAYA / indriya, sprt memfitnah,
mencaci dsb. Dapat ditekan oleh angga sprt sakit, merana, duka, dll. Aham
brahma asmi : aku adalah brahman. Brahman atman aikyam : Brahman dan atman itu
tunggal percikan Brahman (tuhan) yg terpisah. Atman Perpisahan disebabkan oleh
sifat Awidya (tidak tahu) Karena awidya orang mudah terpengaruh oleh
maya/bayangan khayal yg menyebabkan kesenangan. Sifat-2 Atman = sifat-2 Brahman
& memenuhi alam semesta Gelaran Tuhan yg terjadi dr kata Atman = 7 jenis
tingkatan alam yg ditempati-Nya = Sapta Atma / Sapta ongkara / Sapta pranawa.
F.
BAGIAN-BAGIAN SAPTA ATMAN
Atma = bhur lokaØ
Antaratma = bhuah loka
Paramatma = swah loka
Niratma = tapoloka
Adhyatma = jana loka
Niskalatma = maha loka
Suniyatma = satya loka
Perbedaan Atman dg Brahman = atman merupakan percikan
dr brahman, dan Brahman adlh sumber dr Atman Persamaan Atman dg Brahman =
sifatnya kekal abadi, abstrak dan gaib.
2.
KARMA PHALA
Karmaphala atau karmapala
adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu agama Dharma. Berakar dari dua kata yaitu karma dan phala. Karma
berarti "perbuatan", "aksi", dan phala berarti
"buah", "hasil". Karmaphala berarti "buah dari
perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
Karmaphala memberi optimisme kepada setiap manusia,
bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan
hasil. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima.
Yang menerima adalah yang berbuat, dan efeknya kepada orang lain. Karma Phala
adalah sebuah Hukum kausalitas bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil.
Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran,
perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya
lah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat.Kalau perbuatannya baik,
hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya.
Karma Phala terbagi atas tiga, yaitu:
1.
Sancita Karma Phala (Phala/Hasil yang diterima pada
kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya)
2.
Prarabdha Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan
pada kehikupan saat ini dan Phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini
juga)
3.
Kryamana Karma Phala (Karma/Perbuatan yang dilakukan
pada kehidupan saat ini, namun Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan
datang)
3.
PUNARBHAWA
(REINKARNASI)
Punarbhawa / Reinkarnasi / Samsara Percaya
Adanya Punarbhawa / Reinkarnasi / Samsara.
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang
disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda
disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau
didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini
membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena
Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran”.
Punarbhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang, yang
disebut juga penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda
disebutkan bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau
didunia yang lebih tinggi disebut Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini
membawa akibat suka dan duka. Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena
Jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran”. Demikian pula disebutkan:
Sribhagavan uvacha,
bahuni me vyatitani,
janmani tava cha rjuna,
rani aham veda sarvani,
na tvam paramtapa (Bh. G. IV.5)
Sri Bhagawan
(tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa lalu, demikian pula kelahiranmu
arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau sendiri tidak,. Parantapa.
Atman yang
masih diselubungi oleh suksma sarira dan masih terikat oleh adanya kenikmatan
duniawi, menyebabkan Atman itu awidya, sehingga Ia belum bisa kembali bersatu
dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi). Hal ini menyebabkan atman itu
selalu mengalami kelahiran secara berulang-ulang.
Segala
bentuk prilaku atau perbuatan yang dilakukan pada masa kehidupan yang lampau
menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman. Dan wasana (bekas-bekas
perbuatan) ini ada bermacam-macam. Jika wasana itu hanya bekas-bekas
keduniawian, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh
hal-hal keduniawian sehingga atman itu lahir kembali.
Karmabhumiriya brahman,
phlabhumirasau mata
iha yat kurate karma tat,
paratrobhujyate. (S.S.7)
Sebab sebagai
manusia sekarang ini adalah akibat baik dan buruknya karma itu juga akhirnya
dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik buruk perbuatan itu sekarang
akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya, menjelmalah kembali ia,
mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sangskara, sisa-sisa yang ada dari
bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja yang diikuti hukuman yaitu jatuh
dari tingkatan sorga maupun dari kawah-kawah neraka, adapun perbuatan baik
ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah ia berakibat sesuatu apapun,
oleh karena yang sangat menentukan adalah perbuatan-perbuatan baik atau buruk
yang dilakukan sekarang juga.
Karma dan
Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang terjalin erat satu sama lain. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah perbuatan yang meliputi segala
gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah laku. Sedangkan punarbhawa adalah
kesimpulan dari semua karma itu yang terwujud dalam penjelmaan tersebut. Setiap
karma yang dilakukan atas dorongan acubha karma akan menimbulkan dosa dan Atman
akan mengalami neraka serta dalam Punarbhawa yang akan datang akan mengalami
penjelmaan dalam tingkat yang lebih rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan
dapat menjadi mahluk yang lebih rendah tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma
yang dilakukan berdasarkan cubhakarma akan mengakibatkan Atman (roh) menuju
sorga dan jika menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang lebih
sempurna atau lebih tinggi. Di dalam Weda (S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:
“Adharmarucayo mandas,
tiryaggatiparayanah,
krocchram yonimanuprapya,
na windanti sukham janah.
Adapun
perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma; setelah
ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau
dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi
orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati,
dan tidak mengalami kesenangan.
Sedangkan
orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasmuccaya menyebutkan: “Adapun
orang yang selalu melakukan karma baik (cubhakarma), ia dikemudian hari akan
menjelma dari sorga, menjadi orang yang tampan (cantik), berguna, berkedudukan
tinggi, kaya raya dan berderajat mulia. Itulah hasil yang didapatnya sebagai
hasil (phala) dari perbuatan yang baik”.
Kesimpulannya,
dengan keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa
bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma
yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil
cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir
menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah
kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Iyam hi yonihprathama,
yam prapya jagattpate
atmanam cakyate tratum,
karmabhih cubhalaksanaih (S.S.
4)
Menjelma
menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat
menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang)
dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi
manusia.
Sopanabhutam Swargasya,
manusyam prapya durlabham,
tathamanam samadyad,
dhwamsetana purna yatha. (S.S. 6)
Kesimpulannya,
pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi manusia ini,
kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke
sorga; segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya
dilakukan.
Diantara
semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah mahluk yang utama. Ia
dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur perbuatannya yang buruk
dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu seseorang sepatutnya bersyukur dan
berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat
dilahirkan menjadi manusia sekalipun manusia hina.
Itulah
sebabnya, maka seorang hendaknya dapat menghargai dan menggunakan kesempatan
yang amat berharga ini untuk membebaskan diri dari kesengsaraan dan menuju pada
kebahagiaan yang abadi yang sisebut Moksa atau kelepasan. Memang sungguh
disayangkan, apabila kesempatan yang baik ini berlalu tanpa makna. Kelahiran
manusia dikatakan berada ditengah-tengah antara sorga dan neraka. Jika
kebajikan yang diperbuat maka tentulah hidupnya akan meningkat, tetapi jika
dosa yang dilakukan, sudah pastilah akan jatuh ke neraka. Jadi setiap kali
kelahiran sebagai manusia patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan
hidup ke jenjang yang lebih mulia dan luhur.
Komentar
Posting Komentar