Langsung ke konten utama

proses penciptaan



     Proses Penciptaan Alam Semesta Perspektif Kitab Suci Panaturan


Awal mulanya segalanya tiada, yang ada hanya Ia yang maha sempurna yang diliputi kekuatan dan kekuasaanya, menyatu dalam keagungan dalam kemuliaanya. Ranying Hatalla awal dan akhir segala kejadian, memperlihatkan kebesaran dan keagungannya, ia yang maha sempurna, menyatukan keagungan dan kemuliaanya dan bersama dengan itu bergetarlah semesta alam, maka memancarlah terang yang bersih suci menghalaukegelapan alam, ia adal;ah Awal Segala Kejadian.

Ranying Hatalla bertahta pada Balai Bulau Napatah Hintan Balai Hintan Napatah Bulau di Kelilingi Tasik Malambung Bulau Laut Bapantan Hintan. Ranying Hatalla berfirman bahwa “Aku inilah Ranying Hatalla yang maha kuasa, awal dan akhir segala kejadian”. (Panaturan Pasal 1 Ayat 1-3).

Ketika Ranying Hatalla berangkat  ke Puncak Bukit Bulau  Kangantung Gandang Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit yang terletak  di Batang Danum Mendeng Ngatimbung Langit. Dalam perjalanan menuju puncak dataran tinggi itu. Ranying Hatalla melihat suatu wujud yang menyerupai dirinya. Wujud yang dilihat tersebut adalah bayangannya kemudian nama yang diberikan oleh Ranying Hatalla kepada bayayangnya  adalah Jata balawang Bulau Kanaruhan bapager  hintan yang berada di Papan Malambung Bulau, yang bertahta di laut bapantan Hintan, Jata bertempat  tinggal dialam bawah air.

Jatha bertempat tinggal di alam bawah air, untuk sampai ketempat tinggal jata, harus melewati sebelas penjaga yang masing-masing memiliki nama. Nama-nama itu adalahTewang Lewun Bulau Bawin Lauk, Lewun Saluang Renten Tantahan, Mama Manjarukang Kiting, Balida Indu Tekung Papan, Balantau Laut, Ranying Manjuhan, Tampahas Hagambus Kadai, Undang Indu Gagap Rangkang, Baung Manangking Karis, Bajuku Indu Metup Merau, Bajai Katabelan Uluh Ponggok Pantar Penda Rasau Rohong.

Setelah melewati sebelas penjaga, barulah perjalanan dapat dilanjutkan dengan menebus tanahuntuk mencapai alam bawah air. Selama perjalanan menebus tanah ini, ada 17 pintu yang harus dilewati agar bisa kediaman jata. Ketujuh belas pintu itu, mulai dari yang paling atas hingga pintu paling bawah bernama, Tumbang Ayuh Bulau, Lawang Sahep, Lawang Pating, Lawang Edan, Lawang Batang, Lawang Tunggul, Lawang Baner, Lawang Uhat, Lawang Baras, Lawang Karangan, Lawang Liang, Lawang Tembaga, Lawang Salaka, Lawang Bulau, dan Lawang Hintan. Setelah melewati pintu terakhir maka tibalah di suatu daerah dimana dijumpai laut dan sungai. Dibawah laut dan sungai inilah, Jatha memerintah atas kemurahan hati Ranying Hatalla yang memberikannya kekuasaan.

Alangkah indahnya jika AKU menjadikan bumi, langit, bulan, bintang, matahari dan segala isinya. Aku akan membuat tiga alam dan isinya melalui delapan kali penciptaan untuk memenuhi keindahan yang Kuinginkan. Ketiga alam itu adalah alam atas, bumi dan isinya serta alam bawah.
Ranying Hatalla kemudian memperlihatakan kemahakuasaan-Nya dari puncak Bukit Bulau Kangantung Gandang Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit bahwa Ia yang maha besar menyatakan Kebesaran-Nya. 

Diatas puncak Bukit Bulau Kangantung Gandang Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit tersebut Ranying Hatalla melepaskan Sarumpah Bulau langsung meletakannya di tempat yang dikehendaki-Nya, serta terdengarlah suara Guntur bergemuruh 

Setelah itu Ranying Hatalla melepaskan Lawung Singkap Antang. Membuka dan meletakannya di atas badan Naga Hai Galang Petak. Seketika terdengar lagi gemuruh Petir menggelegar dan kilat sambar-menyambar. Lawung Singkap Antang berubah menjelma menjadi Petak Sintel Habalambang Tambun, Liang Deret Habangkalan Karangan. Ini adalah tanah bumi lengkap dengan laut, sungai danau dan segala isinya juga tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah, Ciptaan Kedua Ranying Hatalla terbentuk.

Untuk membuat ciptaan ketiga hingga kedelapan, Ranying Hatalla memutuskan untuk mengambil sifat-sifat baik dan mulia yang dimilikinya sebagai bahan dasar ciptaannya. Ranying Hatalla lalu mengambil Pandereh Bunu yaitu sifat mulianya yang maha lurus, maha jujur dan maha adil. Diiringi gemuruh halilintar, Ranying Pandereh Bunu (sejenis Tombak) menjelma menjadi pohon besar yang sangat rimbun dengan buah-buahan didahannya. Oleh Ranying Hatalla, pohon ini diberi nama Batang Haring atau pohon kehidupan. Tak seperti pohon-pohon lain yang sudah terbentuk sebelumnya pada kejadian penciptaan kedua, Batang Garing atau pohon kehidupan memiliki buah serta dedaunan yang terbuat dari emas, berlian dan segala jenis permata.

Setelah menciptakan Batang Haring atau Pohon Kehidupan, Ranying Hatalla lalu mengambil Peteng Liung Lingkar Tali Wanang. Ini adalah sifat kewibawaan yang Maha Besar dan Agung Ranying Hatalla. Ketika Ranying Hatalla mengambil Peteng Liung Lingkar Tali Wanang terdengarlah gemuruh halilintar yang memekakkan telinga. Peteng Liung Lingkar Tali Wanang berubah menjadi Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu.

Setelah Ranying Hatalla telah menciptakan Naga, Bumi dan isinya Batang Haring, kekuasaan, enggang betina, elang dan enggang jantan. Namun belum ada langit, bulan bintang dan matahari, juga belum ada gelap dan terang. Maka disertai gemuruh halilintar yang sambar-menyambar, diciptakannya langit, bulan bintang dan matahari. Langit dibuat tujuh tingkat.

Masing-masing tingkat memiliki penjaga yang ditentukan oleh Ranying Hatalla bahwa langit ketujuh adalah Puncak Langit. Tidak ada  langit yang lebih tinggi dari pada langit ketujuh. Dilangit ketujuh inilah Ranying Hatalla bertahta dengan segala kuasanya.

Setelah langit selesai diciptakan, Ranying Hatalla menginginkan hiasan yang indah bagi langit. Selain indah, Ranying hatalla ingin agar hiasan langit itu juga berguna bagi manusia nanti. Maka Ranying Hatalla menciptakan Bintang. Bintang-bintang ini akan membantu manusia saat berkerja diladang dan saat manusia melakukan erjalanan dengan menjadi petunjuk arah.

Lalu Ranying Hatalla menentukan gelap dan terang. Maka diciptakanlah matahari dan bulan. Terang disebut siang saat matahari muncul. Gelap adalah malam saat bulan nampak. Alam semesta telah lengkap, setelah semua selesai diciptakan, Ranying Hatalla berkata bahwa segala ciptaan-Nya, “Wahai naga, bumi, air, langit, bulan, bintang, matahari, enggang dan elang, Aku perintahkan kalian menempati tempat kalian masing-masing.

Aku adalah Ranying Hatalla, pencipta, penguasa, dan pemilik kalian. Aku adalah Raja dan Tuhan Kalian. Aku adalah Yang Maha Kuasa, Awal dan akhir  segala kejadian,cahaya kemuliaanku yang terang, bersihdan suci, adalah cahaya kehidupan yang kekal abadi dan AKU sebut ia Hintan Kaharingan.

Naga, bumi dan isinya, langit, bulan, bintang, matahari, enggang dan elang, menundukan kepala lalu bersujud dihadapan Ranying Hatalla dan menyatakan ikrar dan sumpah kesetiaan mereka. Selepas mengucapkan ikrar dan sumpah, pergilah masing-masing ketempat yang telah ditentukan Ranying Hatalla.

Sekarang Ranying Hatalla ingin melengkapi ketujuh penciptaannya dengan penciptaan kedelapan. Ranying Hatalla ingin menciptakan manusia, Ranying Hatalla ingin menciptakan tujuh Raja yang akan menjadi sahabat  dan membantunya membawa ajaran Ranying Hatalla kepada manusia.

Demikian segala-galanya telah tercipta atas kehendak Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau Penciptaan ke-II merupakan proses penciptaan terjadinya alam semesta (tanah, bumi, langit , sungai, danau dan segala-galanya).

Asal Mula Alam Semesta

Alam semesta ini ada karena telah melalui beberapa proses penciptaan sperti yang sudah dikemukakan dalam proses penciptaan di atas. Dalam perspektif kitab Suci Panaturan melalui kemahakuasaan Ranying Hatalla Langit Tuhan Tambing Kabanteran Bula Raja Tuntung Matan Andau Jatha Balawang Bulau Kanaruhan Bapager Hintan, penciptaan Alam Semesta ini yaitu melalui tujuh proses penciptaan.
Proses yang dijadikan oleh Ranying Hatalla pada proses yang pertama yaitu Sarumpah Bulau yang diletakan sesuai dengan tempat yang dikehendaki-Nya bersamaan dengan itu bunyi guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, halilintar menggetar buana alam, Sarumpah Bulau tersebut berubah menjadi NAGA HAI GALANG PETAK (sebagai pondasi dari alam smesta ini). Sesudah itu proses yang kedua Ranying Hatalla mengambil da melepaskan Lawung Singkap Antang membukanya kemudian meletakakan di atas Naga Hai Galang Petak, bersama itu pula terdengar suara guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, halilintar menggetar buana alam, Lawung Singkap Antang berubah menjadi PETAK SINTEL HABALAMBANG TAMBUN, LIANG DERET HABANGKALAN KARANGAN (tanah Bumi). Proses yang ketiga Ranying Hatalla mengambil Ranying Pandereh Bunu yaitu sifat kemuliaan-Nya Yang Maha Lurus, Maha Jujur, Maha Adil dan Maha Bijaksana, Ia menempatkan Ranying Pandereh Bunu tersebut di tengah-tengah samudera luas, bersamaan dengan itu bunyi guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, halilintar menggetar buana alam, Ranying Pandereh Bunu Berubah menjadi BATANG HARING (pohon kehidupan) atau Ranying Hatalla menyebut Batang Haring itu adalah Batang Kayu Janji. Kemudian proses yang keempat yaitu dari puncak Tachta Kemulian-Nya Yang Maha Tinggi, Maha Agung itu, Ranying Hatalla melihat segala yang IA telah jadikan; dan kemudian Ranying Hatalla mengambil Peteng Liung Lingkar Tali Wanang, yaitu sifat Kewibawaan-Nya Yang Maha Besar, Maha Agung, IA meletakan Peteng Liung Liangkar Tali Wanang tersebut di tengah-tengah samudera luas dan bersama itu bunyi guntur menggemuruh memenuhi alam semesta, halilintar menggetar buana alam, Peteng Liung Lingkar Tali Wanang berubah menjadi TAMBUN HAI NIPENG PULAU PULU, (Kekuasaan Yang Maha Kuat dari segala penjuru Kebesaran-Nya). Ranying Hatalla dan Jatha Balawang Bulau memakan buah pinang (lengkap dengan alat penginangan), yaitu memperlihatkan   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an