METODE PENELITIAN
KUALITATIF DAN KUANTITATIP
OLEH : I GEDE DARMAWAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode
kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama dari akar filosofis dan teori
sosial abad ke-20. Kedua metode penelitian di atas mempunyai paradigma teoritik,
gaya, dan asumsi paradigmatik penelitian yang berbeda. Masing-masing memuat
kekuataan dan keterbatasan, mempunyai topik dan isu penelitian sendiri, serta
menggunakan cara pandang berbeda untuk melihat realitas sosial.
Metode
kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental
atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris
Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif
biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada
variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan
aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks,
mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan
dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini
adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya. Sementara metode
kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, perspektif
post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti
dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994). “Gaya”
penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya.
Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa
dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti
bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah
relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan
analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas
yang ditelitinya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, metode penelitian
mempunyai pula asumsi paradigmatik. John W. Cresswell menilik beberapa dimensi
asumsi paradigmatik yang membedakan penelitian kuantitatif dengan kualitatif.
Dimensidimensi tersebut mencakup ontologis, epistemologis, axiologis, retorik,
serta pendekatan metodologis. Secara ontologis, peneliti kuantitatif memandang
realitas sebagai “objektif” dan dalam kacamata “out there”, serta
independen dari dirinya.
Sementara itu,
peneiliti kualitatif memandang realitas merupakan hasil rekonstruksi oleh
individu yang terlibat dalam situasi sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif
bersikap independen dan menjaga jarak (detachment) dengan realitas yang
diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens
dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan bahasa,
penelitian kuantitatif biasanya menggunakan bahasa-bahasa penelitian yang
bersifat formal dan impersonal melalui angka atau data-data statistik. Dengan demikian, terminologi atau
konsep-konsep yang jamak ditemukan dalam penelitian kuantitatif misalnya “relationship”
dan ”comparison”. Sementara, penelitian kualitatif kerap ditandai
penggunaan bahasa informal dan personal seperti “understanding”, “discover”,
dan “meaning”. Secara metodologis, penelitian kuantitatif lekat dengan
penggunaan logika deduktif dimana teori dan hipotesis diuji dalam logika sebab
akibat. Desain yang bersifat statis digunakan melalui penetapan konsep-konsep,
variabel penelitian serta hipotesis. Sementara itu, penelitian kualitatif lebih
mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari
perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan.
Sehingga penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks
yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena
sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Apa
pengertian dan penjelasan metode kualitatif ?
2. Apa
pengertian dari metode kuantitatif ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini,
antara lain sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui latar belakang perbedaan penelitian
kualitatif dengan penelitian kuantitatif.
2.
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata Kuliah Metodologi Penelitian di Kaprodi Megister Ilmu Pendidikan
Agama Hindu di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (STAHN-TP)
Palangka Raya.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan
makalah ini yaitu dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan
literatur-literatur yang berkaitan dengan isi pembahasan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF
DENGAN PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
mengambil jarak antara peneliti dengan obyek yang diteliti, menggunakan
instrumen-instrumen formal, standar, dan bersifat mengukur. Sedangkan
penelitian kualitatif menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti,
menggunakan peneliti sebagai instrumen. Berdasarkan Williams (1988) ada lima
pandangan dasar perbedaan antara pendekatan kuantitatif (istilah Williams
dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif. Kelima pendangan dasar
perbedaan tersebut adalah:
1.
Bersifat
realitas, pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai
tunggal, konkrit, teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan
kualitatif melihat realitas ganda (majemuk), hasil konstruksi dalam pandangan
holistik. Sehingga peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya langsung pada
obyek generalis, meragukan dan mencari fenomena pada obyek yang realitas.
2.
Interaksi
antara peneliti dengan obyek penelitiannya, pendekatan kuantitatif melihat
sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya pendekatan
kualitatif melihat sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan bahkan
partisipasif.
3.
Posibilitas
generalis, pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan
waktu (nomothetic statements), sedangkan pendekatan kualitatif terikat
dari ikatan konteks dan waktu (idiographic statements).
4.
Posibilitas
kausal, pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab
riil temporal simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan
akibat-akibatnya. Sedangkan pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha
memisahkan sebab dengan akibat, apalagi secara simultan.
5.
Peranan
nilai, pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas
nilai, obyektif dan harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif
melihat segala sesuatu tidak pernah bebas nilai, termasuk si peneliti yang
subyektif.
2.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan
untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan
teknik analisis mendalam ( in-depth
analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi
kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari
masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif
berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
W. Lawrence Neuman mencoba mengidentifikasi 4 faktor
yang terkait dengan orientasi dalam penelitian yang
menggunakan metode kualitatif meliputi :
1.
Terkait dengan
pendekatan yang digunakan terhadap data. Metode kualitatif memperlakukan data sebagai
sesuatu yang bermakna secara intrinsik. Dengan demikian, data yang ada dalam
penelitian kualitatif bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial, kadangkala kabur
dan seorang peneliti kualitatif tidak akan pernah mampu mengungkapkan semuanya
secara sempurna. Namun demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif
bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap
ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik,
dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah
fenomena sosial (Neuman, 1997: 328).
2.
Penggunaan perspektif
yang non-positivistik. Penelitian kualitatif secara luas menggunakan pendekatan
interpretatif dan kritis pada masalah-masalah sosial. Peneliti kualitatif
memfokuskan dirinya pada makna subjektif, pendefinisian, metapora, dan
deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik (Neuman, 1997: 329). Peneliti
kualitatif berusaha menjangkau berbagai aspek dari dunia sosial termasuk
atmosfer yang membentuk suatu objek amatan yang sulit ditangkap melalui
pengukuran yang presisif atau diekspresikan dalam angka. Dengan demikian,
penelitian kualitatif lebih bersifat transendental, termasuk di dalamnya memiliki
tujuan menghilangkan keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek kajian.
Penelitian kualitatif berusaha memperlakukan objek kajian tidak sebagai objek,
namun lebih sebagai proses kreatif dan mencerna kehidupan sosial sebagai
sesuatu yang “dalam” dan penuh gelegak.
3.
Penggunaan logika
penelitian yang bersifat “logic in pratice”. Penelitian sosial mengikuti
dua bentuk logika yaitu logika yang direkonstruksi (reconstructed logic)
dan logika dalam praktek (logic in practice). Metode kuantitatif mengikuti
logika yang direkonstruksi dimana metode diorganisir, diformalkan dan
disistematisir secara ketat. Sementara pada metode kualitatif, penelitian
secara aktual dijalankan secara tidak teratur, lebih ambigu, dan terikat pada
kasus-kasus spesifik. Hal ini tentu saja, mengurangi perangkat aturan dan
menggantungkan diri pada prosedur informal yang dibangun oleh pengalaman-pengalaman
di lapangan yang ditemukan si peneliti (Neuman, 1997: 330).
4.
Dari metode kualitatif
adalah ditempuhnya langkah-langkah penelitian yang bersifat non-linear. Dalam
metode kuantitatif, seorang peneliti biasanya dihadapkan pada langkah-langkah
penelitian yang bersifat pasti dan tetap dengan panduan yang jelas sehingga disebut
sebagai langkah yang linear. Sementara itu, metode penelitian kualitatif lebih memberikan
ruang bagi penelitinya untuk menempuh langkah non-linear dan siklikal,
kadangkala melakukan upaya “kembali” pada langkah-langkah penelitian yang sudah
ditempuhnya dalam menjalani proses penelitian (Neuman, 1997: 330-331). Hal ini
tidak berarti kualitas riset menjadi rendah, namun lebih pada cara untuk dapat menjalankan
orientasi dalam mengkonstruksikan makna.
2.2 Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan
dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian
yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan
yang fundamental antara pengamatan
empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan
ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Rancangan
pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat prcobaan ataupun pengamatan
serta memilih pengukuran variable, prosedur dan teknik sampling, instrument,
pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Metode penelitian lebih dekat dengan teknik. Misalnya, penelitian dengan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dengan kata lain,
metode deskriptif tersebut dapat dikatakan juga sebagai teknik deskriptif.
Penelitian diskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori
penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta,
keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan
menyajikan apa adanya. Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian
status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti
mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan
menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu.
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar
sehingga penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga
dapat diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan
sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian
dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu
yang dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Ciri-ciri Metode Deskriptif
meliputi :
Ø
Untuk membuat gambaran mengenai
situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi
data dasar belaka.(secara harafiah).
Ø
Mencakup penelitian yang lebih luas
di luar metode sejarah dan eksperimental.
Ø
Secara umum dinamakan metode survei.
Ø
Kerja peneliti bukan saja memberi
gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi : menerangkan hubungan, menguji
hipotesis-hipotesis membuat prediksi, mendapatkan makna, dan implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan mengumpulkan data dengan teknik wawancara.
BAB III
PENUTUPAN
1.1 Kesimpulan
Dari kedua penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
penelitian kualitatif yang sering menonjol digunakan para ahli untuk meneliti
suatu kebenaran, karena metode kualitatif secara potensial dapat berguna dalam
menyumbangkan pembangunan teori-teori ilmu sosial serta metodologi dalam
konteks pendidikan. Akan tetapi terkadang penelitian yang menggunakan metode
kualitatif juga sering disalahartikan. Karena peneliti kualitatif gagal dalam
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip metode secara benar.
Penelitian kualitatif bercirikan informasi yang berupa ikatan
konteks yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan
fenomena sosial. Pembangunan dan pengembangan teori sosial khususnya sosiologi
dapat dibentuk dari empiri melalui berbaga fenomena atau kasus yang diteliti.
Sehingga teori yang dihasilkan mendapat pijakan yang kuat pada realitas,
bersifat konstektual dan historis.
Dengan penggunaan metode kualitatif yang berstandart pada
kaidah-kaidah ilmiah, diharapkan dapat menemukan kebenaran dan ketepatan dalam
ilmu sains. Dengan demikian mencari relevansi dan konstektualisasi adalah
penting sebagai orientasi ilmu untuk kedepannya.
3.2 Saran-Saran
Dengan
keterbatasan pengetahuan penulis dan literatur yang ada maka dengan ketidak
sempurnaan dalam penyusunan makalah ini .di harapkan dapat memberikan kritik
maupun saran terhadap kesalahan maupun kekeliruan dalam pembahasan makalah ini,
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah ilmu
pengetahuan kita sebagai mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Farid. 2003. “Pengkajian Ilmu-Ilmu Sosial: Menuju ke
Pembentukkan Konsep Tepat”, dalam
Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVII No. 72, September-Desember,
halaman 1-23.
Soemardjan, Selo, Perubahan
Sosial di Yogyakarta. 1981.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumanto.M.A,1995, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan
, Yogyakarta : Andi Offset.
Subana,2005,Dasar-Dasar
Penelitian Ilmiah,Bandung,Pustaka Setia
Komentar
Posting Komentar