Langsung ke konten utama

jalan mencapai moksa

 

JALAN UNTUK MENCAPAI MOKSA

Moksa adalah tujuan terakhir dari seluruh umat Hindu. Dengan menjalankan sembahyang batin dengan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memutuskan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cipta), manusia berangsur-angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu bebas dari segala ikatan keduniawian untuk bersatunya Atman dengan Bharman.
                 Jiwa yang besar itu adalah sukar mencarinya. Banyak makhluk akan lahir dan mati, serta hidup kembali tanpa kemampuan sendiri. Akan tetapi masih ada satu yang tak tampak dan kekal, tiada masa di kala semua makhluk binasa.Dan yang tampak dan kekal itulah harus menjadi tujuan yang utama, supaya tidak mengalami lagi penjelmaan ke dunia.
                  Untuk mencapai ini orang harus selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran agamanya.Kitab suci telah menyediakan bagaimana caranya orang melaksanakan pelepasan dirinya dari ikatan maya dan akhirnya Atman dapat bersatu dengan Bharman, sehingaa penderitaan dapat dikikis habis dan tidak lagi menjelma ke dunia sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia.
                 Di dalm ajaran kehoranian Hindu terdapat jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu Moksa, dengan menghubungakan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebut Catur Marga Yoga, yaitu:
1. Bhakti Marga Yoga
2. Karma Marga Yoga
3. Jnana Marga Yoga
4. Raja Marga Yoga
Dimana bagian-bagian dari Catur Marga Yoga yang akan kami jelaskan hanya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga dan Jnana Marga Yoga.
1.      Bhakti Marga Yoga
           Bhakti Marga Yoga, yaitu proses atau cara mempersatukan Atman dengan Bharman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kata “Bhakti” bararti hormat, taat, sujud, menyembah, persembahan, dan kasih.
2
 
                 Bhakti Marga Yoga artinya jalan cinta kasih dan jalan persembahan.Seorang Bhakta (orang yang menjalani Bhakti Marga) dengan sujud dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Sang Hyang Widhi.Cinta kasih yang mendalam adalah suatu cinta kasih yang bersifat umum dan mendalam disebut Maitri.Semangat Tat Twam Asi sangat subur dalam hati sanubarinya, sehingga seluruh dirinya penuh dengan rasa cinta kasih dan kasih sayang tanpa batas.Sedikit pun tidak tersimpan dalam dirinya sifat-sifat negatif, seperti kebencian, kekejaman, iri dengki, dan kegelisahan atau keresahan.Cinta bhaktinya kepada Hyang Widhi yang sangat mendalam itu juga di pancarkan kepada semua makhluk baik manusia maupun binatang.
                
                 Dalam doanya selalu menggunakan pernyataan cinta dan kasih sayang serta memohon kepada Hyang Widhi agar semua makhluk tanpa kecuali selalu berbahagia dan selalu mendapat berkah termulia dari Hyang Widhi.Jadi, untuk lebih jelasnya, seorang Bhakta akan selalu berusaha melenyapkan kebenciannya kepada semua makhluk. Sebaliknya, ia selalu berusaha memupuk dan mengembangkan sifat-sifat Maitri, Karuna, Mudita, dan upeksa (Catur Paramita). Ia selalu berusaha membebaskan dirinya dari belenggu ke-Akuannya (Ahamkara).
                 Kata Catur Paramita berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata “catur” yang berarti empat dan “paramita” yang berarti sifat dan sikap utama. Catur Paramita berarti empat macam sifat dan sikap utama yang patut di jadikan landasan bersusila.Catur Paramita merupakan salah satu dari landasan atau pedoman untuk melakukan ajaran susila. Bagian-bagian Catur Paramita yaitu:
1.   Maîtri : artinya senang mencari kawan dan bergaul, yakni tahu metempatkan diri dalam masyarakat, ramah tamah, serta menarik hati segala perilakunya.
2.   Karuna : artinya belas kasihan, maksunya adalah selalu memupuk rasa kasih sayang terhadap semua makhluk.
3.   Mudita : artinya selalu memperlihatkan wajah yang riang gembira, yakni penuh simpatisan terhadap yang baik serta sopan santun.
4.  
3
Upeksa :artinya senantiasa mengalah demi kebaikan, walaupun tersinggung perasaan oleh orang lain, ia tetap tenang dan selalu berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan (mawas diri).
                 Sikapnya selalu sama dalam menghadapi suka dan duka., pujaan dan celaan. Dan selalu merasa puas dalam segala-galanya, baik dalam kelebihan dan kekurangan.Benar-benar tenang dan selalu sabar.Dengan demikian, baktinya kian teguh dan kokoh kepada Hyang Widhi Wasa. Keseimbangan batinnya sempurna, tidak ada ikatan sama sekali terhadap apa pun. Ia terlepas dan bebas dari hukuman serba dua (dualis) misalnya suka dan duka, susah senang dan sebagainya. Seluruh kekuatannya dipakai untuk memusatkan pikirannya kepada Hyang Widhi dan di landasi jiwa penyerahan total.Dengan begitu seorang Bhakti Yoga dapat mencapai Moksa.
2.      Karma Marga Yoga
           Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau Moksa dengan perbuatan atau kebijakan tanpa pamrih.Hal yang paling utama dari Karma Marga Yoga ialah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Bagi seorang karma, penyerahan hasil pekerjaan kepada Tuhan bukan berarti kehilangan, bahkan akan datang balasan berlipat ganda.
           Dan dapat di kemukakan bahwa orang yang terlalu fokus dalam pikirannya menginginkan buah dari kerjanya, akan kehilangan buah itu yang sebenarnya adalah miliknya. Tetapi bagi Karma Yogin walaupun ia berbuat sedikit, tetapi tanpa pamrih, ia akan mendapatkan hasil yang sedikit, karena terikat. Sedangkan bagi Karma Yogin sebaliknya.Maka itu ajaran suci selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang Karma Yogin yang selalu mendambakan pedoman rame ing gawe sepi ing pamrih.
           Pada hakikatnya seorang Karma Yogin dengan menyerahkan keinginannya akan pahala, ia akan menerima pahala yang berlipat ganda. Hidupnya akan berlangsung dengan tenang dan ia akan  memancarkan sinar dari tubuhnya maupun dari pikirannya. Bahkan masyarakat pun hidupnya akan menjadi bahagia, sejahtera, dan suci. Ia akan mencapai kesuciaan batin dan kebijaksanaan.
4
           Masyarakat yang telah suci jasmani dan rohani akan menjauhkan diri dari sifat-sifat munafik dan kepalsuan. Cita-cita yang sempurna akan dapat di capai oleh masyarakat itu. Semua ini telah terbukti dalam pengalaman dari kebebasan jiwa seorang Karma Yogin.
3.Jnana Marga Yoga
           Jnana artinya, kebijaksanaan filsafat (pengetahuan).Yoga berasal dari urat kata Yuj artinya, menghubungkan diri.Jadi, Jnana Marga Yoga artinya, mempersatukan jiwatman dengan peramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian.Tiada ikatan yang lebih kuat dari pada Maya, dan tidak kekuatan yang lebih ampuh dari pada Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan Maya itu.
           Untuk melepaskan ikatan-ikatan ini kita harus mengarahkan segala pikiran kita dan memaksanya kepada kebiasaan-kebiasaan suci.Akan tetapi, bila kita ingin memberi suatu bentuk kebiasaan suci pada pikiran kita, akhirnya pikiran harus menerimanya.Sebaliknya, bila pikiran tidak mw menerimanya maka haruslah kita akui bahwa segala pendidikan yang kita ingin biasakan itu tidak ada gunanya.
           Jadi, proses pertumbuhan merupakan hal yang mutlak, sebagai jalan tumbuhnya pikiran., perbuatan lahir, pelaksanaan swadharma, dan sikap batin (wikarma) sangat di perlukan di mana perbuatan lahir adalah penting, karena jika tidak berbuat maka pikiran kita tidak dapat diuji kebenarannya. Perbuatan lahir menunjukan kualitas sebenarnya dari pikiran kita.Ada tiga hal yang penting bdalam hal ini, yaitu kebulatan pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh, tentram, dan damai.
           Ketiga hal tersebut di atas merupakan Dyhana Yoga.Untuk tercapainya perlu dibantu dengan Abyasa, yaitu latihan-latihan dan varagya, yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri. Kekuatan pikiran kita lakukan saat kita berbuat apa saja dan pikiran harus kita pusatkan kepada-Nya. Dalam urusan-urusan keduniawian pemusatan pikiran ini mutlak diperlukan. Hal ini bukan diperlukan untuk sukses di dunia, tetapi juga di butuhkan untuk kemajuan spiritual atau batin. Usaha untuk menjernihkan kegiatan kita sehari-hari ialah kehidupan rohani.Apa pun yang kita laksanakan, berhasil atau tidaknya tergantung kepada kekuatan pemusatan pikiran kita kepadaNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an