Langsung ke konten utama

filsafat barat



Perkembangan Pemikiran Filsafat Barat

1.      Zaman Yunani Kuno
Ini dimulai ketika abad 6 sebelum masehi, disini terdapat 2 bentuk mite yang berkembang yaitu : mite kosmogonis yang mencari tahu tentang kejadian asal – usul alam semesta, dan mite kosmologis yang berusaha untuk mencari tahu asal – usul serta sifat terjadinya alam semesta. Cirri – cirri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno adalh perhatian terhadap gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asa mula ( Arche ). Thales menyimpulkan air sebagai Arche, Anaximander menyimpulkan bahwa sesuatu yang tidak terbatas ( apeiron ) sebagai asas mula kemudian Anaximenes bahwa udara adalah asas mula, dan Phytagoras menyatakan bahwa asas mula tersebut dapat diterangkan dengan menggunakan angka – angka, yang kemudian terkenal denga dalilnya tentang segitiga siku – siku.

Filsafat Yunani kuno semakin berkembang ketika muncul dua filosof yaitu Heraklitos yang mengemukakan tentang realitas yang tidak berubah ( panta rhei khai uden menei ) dan berbanding terbalik dengan Parmenides dalam gagasanya tentang “ada” yang kemudian filsafatnya berkembang dan dikenal sebagai Metafisika ( yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada ) yang mana kemudian menjadi cikal bakal debat Metafisika. Herakleitos mewakili bidang ( Pluralisme dan Empirisisme ) dan Parmenides sebagai wakil dari bidang ( Monisme dan Rasionalisme ).

Pemikir yang penting juga dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos, yang menegaskan bahwa realitas tersusun dari atom ( atomos, dari a = tidak, dan tomos = terbagi ) yang kemudian menjadi cikal bakal ilmu fisika, kimia, dan biologi. Fisafat yang ramai dibicarakan adalah Socrates yang melalui metodenya             ( Dialegesthai ) dialektika yang bisa diartikan dengan bercakap – cakap, Socrates menyebut metodenya sendiri dengan ( maieutike tekhne ) yaitu fungsi filosof hanya membidani ilmu pengetahuan. Kemudian metode ini diteruskan oleh muridnya sendiri yaitu Plato, ia menganggap bahwa berfilsafat itu mencari kebijaksanaan atau kebenaran yang hanya dapat dilakukan dengan bersama – sama dalam suatu dialog.

Plato dikenal sebagai filosof dualisme, yang mengambarkan dua buah kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide ( dunia yang tidak ada perubahan didalamnya, serta dunia bayangan atau inderawi ( dunia yang berubah – ubah mencakup yang ditangkap oleh indera ). Pemikiran Yunani kuno mencapai puncaknya pada masa murid dari Plato yaitu Aristoteles yang mengemukakan tugas utama dari ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab – penyebab objek yang diselidiki, kemudian di rumuskan keempat penyebab itu :

1)   Penyebab Material ( material cause ) : ini adalah bahan darimana benda dibuat.
2)   Penyebab Formal ( formal cause ) : ini adalah bentuk penyusunan bahan.
3)   Penyebab Efisien ( efficient cause ) : ini adalah sumber – sumber kejadian.
4)   Penyebab Final ( final cause ) : ini adalah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian

Beberapa hal yang dikemukakan juga oleh Aristoteles yaitu menanggapi tentang metafisika yang ia bedakan antara primer dan sekunder, primer adalah substansi, dan sekunder adalah aksiden – aksiden. Menurut plato realitas tersusun oleh 10 kategori, yaitu dari satu substansi dan Sembilan aksiden – aksiden. Sama seperti Plato gurunya ia menganggap bahwa tidak ada ilmu pengetahuan dalam hal yang konkret, jalan menuju ilmu pengetahuan adalah jalan abstraksi. Sumbangan yang sangat berharga dari Aristoteles adalah Sillogisme, yaitu cara menarik kesimpulan dari    premis – premis sebelumnya.






2.       Zaman Pertengahan ( 6 – 16 M )
Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan, dimana   dogma – dogma gereja sangat berpengaruh dalam berfilsafat, filsafat Agustinus yaitu manusia adalah ciptaan tuhan yang unik yang ikut ambil bagian untuk mendapatkan kasihnya, tuhan adalah ada sebagai ada, yang bersifat pribadi yang menciptakan seluruh jagad raya. Pada abad ini dikenal dengan predikat  Ancilla Theologiae , yang mengambarkan bahwa tuhan adalah segala kebaikan dan tidak ada dualism didalamnya, dan kitab suci mengajarkan bahwa alam semesta berawal mula dan filsafat tidak menjawab akan hal tersebut.

3.         Zaman Renaisans ( 14 – 16 M )
Zaman peralihan dari abad pertengahan yang ditandai dengan suatu era yang disebut dengan renaisans ( zaman yang sangat menaruh pada bidang seni lukis, arsitektur, music, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan ) yang memberikan suatu perubahan yang revolusioner dalam pemikiran manusia. Era yang memberikan kebebasan dalam berpikir dari dogma – dogma gereja kriten. Nicolaus Copernicus merupakan tokoh gerejani yang mengemukakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya ( teori Heliosentrisme ) sumbangsih terhadap revolusi pemikiran akan alam semesta dan sebagai bentuk penolakan terhadap teorinya Ptolomeus ( Geosentrisme ) yang mengatakan bumi sebagai pusat tata surya. Kemudian Francis Bacon dalam ungkapannya ( Knowledge is Power ) pengetahuan adalah kekuasaan.

4.         Zaman Modern ( 17 – 19 M )
Setelah pergerakan Renaisans kemudian dimatangkan dengan Aufklaerung yang semakin menekan kekuasaan gereja terhadap ilmu pengetahuan, sejak saat ini filsafat ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual ( sikap ilmiah )yang kebenarannya dapat diuji melalui metode, dimana kebenaran adalah never ending process tidak akan berhenti. Zaman ini merupakan zaman Antroposentrisme yang melihat manusia sebagai pusat penyelidikan dan mengahasilkan beberapa aliran filsafat yaitu :

1)        Rasionalisme
Ketika manusia mulai medasarkan kepercayaan pada kemampuan akal manusia, mereka pecaya bahwa akal manusia dapat memecahkan segala permasalahan dan mementahkan keyakina – keyakina yang tidak masuk diakal, kepercayaan ini terlihat dalam bentuk suatu keinginan yang Apriori suatu keputusan akal yang luas dan bertingkat tinggi. Hanya pengetahuan yang diperoleh dari akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah.

Metode yang digunakan oleh para filsuf rasionalisme ialah metode deduktif, seperti yang berlaku pada ilmu pasti, yang dicirikan dengan:     kebenaran – kebenaran yang hakiki itu secara langsung diperoleh dengan menggunakan akalnya serta adanya penjabaran secara logic terhadap pembuktian seluruh bidang pengetahuan berdasarkan atas apa kebenaran yang hakiki. Descrates sebagai tokoh yang memberikan pernyataan ( cogito ergo sum ) saya berpikir maka saya ada. Ini kebenaran yang tak terbantahkan, sehingga segenap ilmu pengetahuan haruslah didasarkan atas kepastian – kepastian yang tidak dapat diragukan lagi akan kebenarannya. Hal inilah yang mampu menumbangkan sikap skeptisisme yang berkelanjutan.

2)      Empirisisme
Empirisisme adalah aliran yang menentang metode Apriori, mereka menganggap metode yang benar adalah A Posteriori, mereka menganggap bahwa manusia tidaklah memiliki ide – ide bawaan atau innate ideas bagi mereka manusia ibarat kertas putih yang masih kosong. Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon, menurutnya melalui pengalaman manusia dapat mengetahui benda – benda dan hukum relasi benda – benda tersebut. Ia memberikan petunjuk pada para ilmuwan agar berhati – hati terhadap idola – idola yaitu : idola tribus menarik kesimpulan secar terburu – buru, idola specus menarik kesimpulan sesuai dengan seleranya, idola fori menarik kesimpulan berdasarkan pendapat orang banyak, idola theatri menarik kesimpulan berdasarkan ilmuwan sebelumnya. Kemudian pemikiran ini diteruskan oleh David Hume yaitu sumber pengetahuan adalah melalui pengamatan akan tetapi pemikiran Hume ini bersifat analistis, kritis dan skeptic. Cirri kas dari A posteriori adalah proposisinya sintetik yakni yang tak dapat diuji kebenarannya dengan mengalisis pernyataan, akan tetapi dengan menguji secara empiris kebenaran tersebut.

3)       Kritisisme
Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan Empirisisme dalam satu hubungan yang seimbang dan tidak terpisahkan. Untuk menyelesaikan perbedaan dalam pandanga ini akhirnya Kant mengemukakan bahwa disini dalam ilmu pengetahuan akal budi dan pengalaman dibutuhkan secara serentak, kemudian pengetahuan selalu bersifat sintesis.

4)       Idealisme
Fichte merupakan murid dari Kant dijuluki sebagai idealisme subyektif, kemudian Scelling juga dikenal dengan idealisme obyektif, dan akhirnya kedua idealism ini disintesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hegel. Pikiran adalah esensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan, karena itu hukum – hukum pikiran merupakan hukum – hukum realitas, Hegel pecaya bahwa sikapnya adalah satu – satunya sikap yang bersifat adil terhadap segi obyektif. Hegel percaya bahwa alam ada sebelum manusia ada tetapi adanya arti dalam dunia adalah ada sesuatu seperti akal atau pikiran ditengah – tengah idealitas, hal ini dilakukan agar manusia memikirkan dan berpartisipasi didalamnya.




5)       Positivisme
Filsafat Auguste Comte anti – metafisis, ia hanya menerima fakta – fakta yang ditemukan secara positif ilmiah, semboyan Comte yang terkenl adalah Savoir Pour Prevoir ( mengetahui supaya siap untuk bertindak ).  Filsafat Comte sering disebut dengan Empirisime Kritis, bahwa pengamatan dengan teori berjalan seiring, Filsafat Comte penting untuk Sosiologi, kebanyaka konsep, prinsip, dan metode berasal dari Comte. Comte membagi masyarakat atas ( stastika social tentang susunan masyarakat, dan dinamika social adalah tentang perkembangan dan kemajuan ). Sosiologi merupakan suatu bentuk filsafat sejarah.

6)      Marxisme
Fillsafat Marx adalah perpaduan dari dialektika Hegel dan filsafat materialism Feuerbach. Marx mengkritik filsafat dari Hegel harus diputarbalikan, yang mana bahwa motor sejarah merupakan hasil kerja keras dari manusia itu sendir bukan dari idea tau roh.menurut marx masalh filsafat lebih erat kaitannya dengan tindakan, Marx menganggap bahwa untuk mengubah sesuatu hal diperlukan sebuah tindakan revolusi yang nyata.

5.        Zaman Kontemporer ( Abad ke – 20 dan Seterusnya )
Russel dan Wittgensten melangkah lebih maju dalam menganalisa bahasa sebagai sikap atau keyakinan ontologism, menurutnya apa yang dihasilkan filsafat sebaiknya jangan hanya melulu filsafati akan tetapi upaya – upaya agar ungkapan tersebut menjadi jelas. Tujuan filsafat adalah penjelasan logis terhadap pemikiran pemikiran, hal ini dilakukan agar filsafat tidak kabur dan bermakna ganda.

Perkembangan abad ke – 20 melahirkan banyak sekali aliran filsafat seperti : neo – thomisme, neo – kantianisme, neo – hegelianisme, neo – marxisme, neo – positivisme. Namun juga ada yang memiliki corak yang berbeda sama sekali yaitu : fenomenologi, eksistensialisme, pragmatisme, strukturallisme, dan yang paling mutakhir adalah postmodernisme. Edmund Husserl adalah pendiri aliran fenomenologi, ilmu pengetahuan tentang apa yang tampak, bagi Husserl fenomen merupakan realitas sendiri yang yang tampak dan tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subyek dengan realitas, realitas itu sendiri yang nampak bagi subyek. Ia juga berpendapat bahwa kesadaran itu terarah pada realitas, kesadaran bersifat intensional.
2.2.   Filsafat Barat  Kontemporer
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan skolastik  sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap, dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing. Semakin lama doktrin kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin membatasi., selanjutnya muncullah abad modern yang diawali dengan munculnya gerakan Renaissance dimana orang lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia sendiri, Renaissance kemudian disusul oleh pencerahan yang menjadikan manusia merasa dewasa, membebaskan diri ri tradisi gereja sehingga mereka berusaha untuk menegakkan suatu pandangan dunia secara sistematis serta mengembangkannya secara metodis sehingga menjadi sautu bangunan pandangan dunia yang lengkap.
Karena terdapat berbagai macam filsafat yang kontruktif maka makin lama timbullah rasa jemu karena orang-orang yang setia kepada pemikiran yang membangun menampakkan gejala pembekuan sehingga terbentuklah aliran yang tiada pemikiran yang baru lagi yang dinamai aliran via antiqua (jalan kuna) selanjutnya dari situ timbul juga aliran baru yang berbeda sekali dengan sistem pemikiran dalam masa kejayaan skolastik dan berbeda juga dengan aliran via antiqua aliran ini dinamakan aliran via moderna (jalan modern) aliran ini menolak pemikiran metafisis yang konstruktip. Dan perhatiannya lebih diarahkan kepada cara manusia mengenal dan kepada segala ”yang ada”, ajaran yang mengenai pengenalan mengarah kepada nominalisme sekalipun perhatian terhadap teologia tidak kurang namun perhatiannya lebih diarahkan kepada hal-hal yang ilmiah secara positif bukan kepada persoalan-persoalan filsafati dan tidak dapat disangkal bahwa para pemikir pada zaman modern ini berbeda-beda keadaannya. pemikiran filsafat mereka juga mengarah ke banyak jurusan akan tetapi semuanya itu mewujudkan suatu kesatuan. zaman ini menjadikan orang meraa telah mengetahui segala sesuatu secara menyeluruh dan sistematis.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis,  filsafat Inggris, Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap menampakkan suatu kesatuan. sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan paa bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu keadaban.
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern yang menggunakan keuniversalitasan kebenara tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama, perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.
Tokoh aliran eksistensionalisme adalah Jean Paul Sartre, dan aliran ini bercirikan : berupa pemberontakan terhadap rasionalisme khususnya terhadap idealisme Hegel. Protes terhadap konsep – konsep akademis yang jauh dari kehidupan konkret. Merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal tanpa kepribadian ( menundukan manusia kepada mesin ). Protes terhadap gerakan totaliter yang merusak dan menenggelamkan perorangan pada kolektif massa. Menekan situasi manusia dan prospek ( harapan ) manusia dunia
Tokoh aliran strukturalisme adalah Michel Foucault yang terkenal tentang kematian manusia,menurut Foucault bukanya nanti tidak ada manusia lagi akan tetapi  bahwa akan hilang konsep manusia sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita, manusia akan kehilangan tempat sentral dalam bidang pengetahuan dan dalam kultur seluruhnya. Strukturalisme merupakan metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip – prinsip linguistic, strukturalisme merupakan aliran yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat.
Filsafat pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan filsafat – filsafat yang memakai akibat – akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menilai kebenaran. Kelompok pragmatisme bersifat kritis seperti aliran – aliran yang lain, tokoh dari aliran pragmatisme adalah William James, ia membedakan dua macam bentuk pengetahuan, pertama pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan, dan yang kedua pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari pengertian.
Postmodernisme merupakan reaksi dari sebuah kegagalan modernisme, dalam modernisme filsafat bersandar pada gagasan tentang subjektivitas dan objektivitas murni satu sama lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan, dan tugas pokok subjek adalah merepresentasikan kenyataan objektif ( Representasionalisme ). Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah – kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai masyarakat modern, mirip dengan mitos – mitos yang mendasari masyarakat primitive dulu.
*   Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
1.        Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia.

Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.

Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfa’at secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan praktis.  Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfa’at secara praktis misalnya ada penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis.
Tokoh-tokohnya : William James, Jhon Dewey, F.C.S Schiller.


2.        Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis.
Tokoh-tokohnya: Henri Bergson  
3.        Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.
Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler
4.        Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan.
Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel
5.        Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.
Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.
6.        Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.
Tokoh-tokohnya: Levi Strauss, Jacques Lacan, Michel Foucault.


7.        Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat. Tokoh-tokohnya: Jean Francois Lyotard.
2.3.   Nilai Nilai Yang Ditimbulkan Science
*   Teknologi
Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalampengetahuan ilmiah yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaansistem-sistem dan pengoperasian sistem-sistem ciptaan tersebut. Pengertian yangdirumuskan ini tidak membatasi bahwa sistem yang dimaksud hanyalah sistem-sistem fisik (physical systems). Bila dinyatakan dalam bahasa Inggris, maka rumusan tentang teknologi terdahulu dapat dinyatakan sebagai berikut: ‘Technology is a sub-set of the information set on [human] scientific knowledge thatprovides prescriptive information on (a) the creation of systems and (b) the operation ofthose systems’. Bila informasi yang bersifat teknologis dioperasionalisasikan (operationalized), artinya petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalam informasi tersebut diikuti dan dilaksanakan, terbentuklah sistem-sistem baru hasil ciptaan orang ataumasyarakat yang mengoperasikan teknologi tersebut. Orang sering memandang sistem-sistem yang terciptakan tersebut sebagai teknologi juga, dan pandangan demikian sebaiknya tak diikuti, karena menimbulkan kerancuan dalam pengembangan pemikiran selanjutnya. Lebih tepat bila sistem yang tercipta itu dinyatakan sebagai fenomena teknolgis atau technological phenomena. Teknologi yang berkorespondensi dengan suatu fenomena teknologis bukanlah yang tampak atau dirasakan sebagai fenomena teknologis tersebut, melainkan informasi preskriptif yang memungkinkan dilaksanakannya tindakan-tindakan hingga suatu sistem yang berupa fenomena teknologis tersebut terbentuk, atau teroperasikan. Teknologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terkait dengan penciptaan sistem-sistem, sedangkan‘science’ merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terkait dengan penggambaran dan penjelasan mengenai sistem-sistem yang telah ada.
*   Materialis
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori materialisme termasuk paham ontologi monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme. Materialisme adalah ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, epistimologi atau penjelasan historis. Ada beberapa macam materialisme, yaitu materialisme biologis, materialisme parsial, materialisme antropologis, materialisme dialektis, dan materialisme historis.Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.  

*   Refleksi/Reifikasi
Reifikasi adalah kecenderungan untuk mewujudkan segala kebudayaan dalam bentuk-bentuk, angka-angka atau kuantitas dan bentuk lahiriah. Kepuasan pekerjaan diukur dari segi material, tingkah laku lahiriah, rupa, suara dan bahasa yang bisa ditangkap oleh pancaindera. Hal ini tampak pada laporan pembangunan yang memperlihatkan keberhasilan-keberhasilan dengan angka, dalam kuantitas dan statistik perkembangan (time-series). Kecenderungan ini seringkali berlebihan misalnya dengan mengukur perasaan cinta, kesenangan, keindahan atau kebahagiaan. Karena itu yang bersifat mental atau rohaniah tidak tampak dan dirasakan. Di sinilah terjadinya pendangkalan pemaknaan kebudayaan. Sukses kesenian umpamanya, diukur dengan nilai komersial suatu pertunjukan. Ekses yang tampak adalah produksi massal dan komersialisasi barang-barang kesenian, yang menjadikan manusia sebagai alat produksi dan objek pemerasan, atau ritualisasi kegiatan ibadah atau bahkan komersialisasi agama. 
*   Manipulasi
Manipulasi adalah kegiatan yang menyalahgunakan proses dan barang kebudayaan untuk kepentingan yang rendah, misalnya demi keuntungan. Manipulasi ini tampak dalam iklan yang mengelabui orang tentang suatu produk, misalnya melebih-lebihkan khasiat suatu obat atau mengubah informasi dampak negatif suatu barang konsumsi menjadi sesuatu yang bermanfaat. Misalnya memperagakan rokok yang sebenarnya menggangu dan merusak kesehatan menjadi simbol kejantanan atau gaya hidup pria yang terhormat. Maksudnya adalah supaya barang itu laku dijual, padahal pengonsumsian atau penggunaannya akan merugikan, tetapi hal itu disembunyikan dengan mengelabui orang dengan video klip atau film-iklan. Manipulasi itu sering terkesan merupakan pembohongan publik, namun merupakan informasi yang efektif dan mengandung nilai komersial yang tinggi. Di sini yang banyak dimanipulasi adalah hasil karya kesenian atau dakwah keagamaan. 

*   Individualisme
Individualisasi adalah kecenderungan memecah masyarakat menjadi individu-individu yang dikemudikan oleh kepentingan pribadi (self-interest) yang sempit. Sebenarnya dampak individualisasi itu perlu dibedakan antara individualisme dan egoisme. Individualisme adalah paham yang menghargai individu dan menghormati diri pribadi seseorang yang otonom yang memiliki hak-hak asasi dalam suatu negara atau masyarakat. Individualisme itu melahirkan penghargaan pada diri sendiri, tetapi harus juga menghargai individu yang lain. Individualisme adalah juga penghargaan pada hak-hak pribadi, misalnya hak milik dan kebebasan. Tetapi hak milik dan kebebasan seseorang itu dibatasi oleh hak milik dan kebebasan orang lain. Karena itu, maka individualisme menghasilkan kebebasan dan otonomi individu tetapi juga sekaligus kewajiban-kewajiban asasi individu terhadap masyarakat. Dampak lain individualisasi adalah egoisme, yaitu sikap yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme ini adalah penyimpangan dari tujuan kebudayaan, sedangkan individualisme, jika dipahami dan dipraktekkan secara benar, masih berada dalam ruang lingkup kebudayaan, karena individualisme memberikan penghargaan dan pemuliaan kepada manusia sebagai individu. Namun individualisme ini bisa kebablasan menjadi egoisme karena melepaskan dirinya dari masyarakat. Karena itu maka individualisme harus diimbangi dengan prinsip-prinsip komunitarian karena individu itu tidak mungkin ada atau berfungsi tanpa komunitas. Kombinasi antara individualisme dan komunitarianisme, yang merupakan harmonisasi, jalan tengah dan moderasi itulah yang membentuk kebudayaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an