Langsung ke konten utama

Keselarasan tujuan Agama Hindu dan tujuan pembangunan nasional



Keselarasan tujuan Agama Hindu dan tujuan pembangunan nasional.
Agama Hindu adalah agama yang riil mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut tersurat secara jelas dalam formula veda dinyatakan sebagai berikut : Moksartham Jagathita ya ca iti dharmah. Tujuan agama Hindu yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam kehidupan ini adalah pasti, yaitu berupa Moksa dan Jagathita melalui jalan dharma.
Moksa adalah berupa kebahagiaan batin, sedangkan Jagathita adalah kesejahteraan lahir dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan petunjuk ajaran agama Hindu / Dharma.
Umat Hindu adalah manusia. Manusia adalah makhluk hidup yang tertinggi tingkatnya dan paling sempurna keberadaannya diantara sesam makhluk hidup ciptaan Tuhan, yang terdiri atas lahir dan batin. Ajaran agama Hindu menuntun setiap umatnya untuk melaksanakan dharma selaras dalam kehidupannya, berupa kesejahteraan dalam lahir yang dapat dicapai akan membaca kebahagiaan dalam batinnya.
Pembangunan nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, mempunyai tujuan yang pasti sebagaimana disebutkan dengan satu kalimat yang oleh masyarakatnya telah secara umum pula diketahui yaitu untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Pengertian pembangunan adalah merupakan suatu proses menciptakan diri yang kurang baik menjadi baik, dan manusia adalah makhluk Tuhan yang mampu untuk itu sebab mempunyai budi dan daya yang tinggi. Seutuhnya yang maksudkan adalah mencakup lahir dan batin. Pembangunan lahir adalah pembangunan pisiknya menjadi sehat dan kuat melalui berbagai bidang pembangunan yang telah dicanangkan tetap demi tahap baik melalui pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang, pembanguna batin adalah pembangunan mentalnya menjadi sadar dan bertanggung jawab sebagai manusia makhluk tertinggi, sempurna dan mampu menjadi subyek dan obyek dalam kehidupannya untuk membangun bangsanya.
2.2.   Dharma Agama dan Dharma Negara.
Dharma agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh setiap umat untuk mencapai tujuan agama. Apa – apa yang diajarkan oleh agamanya patut dapat dipedomani, dihayati dan lanjut diamalkan dalam kehidupannya sehari – hari. Dharma agama merupakan santapan rohani yang patut didalami secara perlahan – lahan melalui proses berpikir mendekatkan diri kepada Tuhan / Hyang Widhi Wasa, karena sebenarnya pada diri kita masing – masing hal itu sudah ada dan tunggal menghubungkan untuk menjadi lebih dekat lagi. Sarana mendekatkan adalah dengan menuntun sang diri dengan tuntutannya.
Kemudian setelah kita dapat menerangi diri, dharma agama mengandung ajaran moral yang tinggi, patut untuk dihayati dengan memotivasi diri, sehingga kita dapat mempunyai daya dorong yang lebih meyakinkan, sehingga tak takut akan berbuat, karena apa yang akan diperbuat telah diyakini sesuai dengan dharma. Perbuatan didasarkan pada dharma agama akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri secara dinamis, sehingga menyebabkan pemeluk agama menjadi berani, tidak takut ataupun gelisah dalam berlomba – lomba membuat kebaikan dengan Tuhan.
Dharma Negara adalah merupakan tugas dan kewajiban warga masyarakat terhadap tujuan Negaranya yaitu dalam pembangunan yang telah dicanangkan. Pembangunan Negara adalah membangun untuk kepentingan kita bersama, maka kepentingan umum berada di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembangunan Negara adalah pembangunan kebersamaan semua warga masyarakat yang mendiami negara itu. Setiap orang yang tinggal dan hidup dalam satu negara mempunyai tugas dan kewajiban untuk membangun negaranya secara lahir dan batin sama – sama dengan warga masyarakat. Semu tujuan yang ingin diwujudkan merupakan tugas pula untuk diciptakan secara kebersamaan melalui musyawarah dan mufakat serta gotong royong. Semua aturan – aturan untuk kepentingan pembangunan negara telah diatur dan diundangkan dengan ketetapan – ketetapan dan peraturan – peraturan. Sebagai warga negara patut mematuhinya sebagai pengabdiannya berupa dharma terhadap negaranya.

2.3.   Agama dan Modernisasi.
Agama adalah keyakinan terhadap suatu kebenaran. Agama Hindu mempunyai tujuan untuk mencapai Moksa dan Jagathita berdasarkan dharma. Dalam mengejarkan kesejahteraan lahir dan batin, mau tidak mau kita dihadapkan dengan modernisasi. Medernisasi termasuk dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Agama Hindu menerima modernisasi secara selektif, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai – nilai agama Hindu. 
Modernisasi itu peranannya hanya sebagai penopang atau penunjang untuk mencapai hakekatnya dari pada tujuan hidup beragama, di dalam pelaksanaan upacara / upakara agama didalam kehidupan sebagai manusia beragama, meodernisasi berpengaruh didalam mencapai kesejahteraan hidup dan kehidupan.
Yang dipakai tolok ukur dalam menerima atau menolak perkembangan meodernisasi yaitu :
1).  Tri Samaya :
-  Atita              = penyesuaian dengan masa lampau
-  Wartamana    = penyesuaian dengan masa sekarang
-  Nagata          = penyesuaian dengan masa yang akan datang
2).  Tri Pramana.
-  Pratyaksa      = berdasarkan penglihatan langsung
-  Anumana      = berdasarkan kesimpulan logis
-  Agama          = berdasarkan pemberitahuan orang yang dapat dipercaya
3).  Rasa, usaha dan logika (akal).
Dari semua yang tersebut diatas disesuaikan dengan :
-  Desa              = penyesuaian dengan tempat
-  Kala              = penyesuaian dengan waktu
-  Patra              = penyesuaian dengan keadaan
2.4.   Tri Hita Karana.
Tri hita karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara :
1).  Manusia dengan Tuhannya,
2).  Manusia dengan alam lingkungannya,
3).  Manusia dengan sesamanya.
Tri hita karana merupakan landasan dasar bagi kehidupan desa adat di Bali yang patut di kokohkan oleh setiap warganya dalam penerapannya.
Penerapan Tri hita karana dalam kehidupan umat Hindu sebagai berikut :
1).  Hubungan antara manusia dengan Tuhannya diwujudkan dengan Dewa yajna.
2).  Hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya diwujudkan dengan Bhuta yajna.
3).  Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra yajna dan manusia yajna.
2.5.   Kerukunan Hidup Beragama.
Kerukunan hidup beragama negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, serta menjunjung tinggi sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan tugas dan kewajiban kita bersama. Sebagai umat beragama hal ini secara jelas telah ditetapkan oleh pemerintah dengan Tri kerukunan hidup umat beragama, yang menjadi tugas pada Departemen Agama selaku pembina dan pengawasnya.
Tri kerukunan hidup umat beragama meliputi :
1).  Kerukunan intern umat beragama.
Kerukunan intern umat beragama mencakup kerukunan antara kita bersama umat Hindu meliputi pribadi dengan pribadi, antara keluarga warga banjar, desa, sesama pemeluk sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
2).  Kerukunan antar umat beragama.
Kerukunan antar umat beragama adalah menyakut antara umat yang berbeda – beda agama. Diam di wilayah negara Republik Indonesia patut sama – sama menegakkan Pancasila. Kerukunan dalam kehidupannya masing – masing, patut dapat saling cinta mencintai, harga menghargai dan hormat menghormati karena pada dasarnya semua manusia di mata Tuhan adalah sama. Selain itu masing – masing majelis umatnya patut memberikan tuntunan untuk mewujudkan kerukunan itu, agar ketentraman dan kedamaian sesama umat beragama dapat diciptakan.
3). Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
Sebagai agama yang resmi, maka dalam kehidupannya di samping memperolah santunan maka kita sebagai pemeluknya wajib mentaati aturannya yang telah ditetapkan untuk mewujudkan kerukunan yang didambakan bersama, demi tegaknya negara dan Pancasila dan Undang – Undang 1945.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an