Langsung ke konten utama

KITAB SUCI PANATURAN



KITAB SUCI PANATURAN
PASAL 9 AYAT 1-10
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Pajanjuri Dahae Ije Ka-Telu

1.        Miar Kea Katahi Pire-Pire Andau Alem Tinai, Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan Hariran Ewen Ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun Hinje Belum.
Artinya :
Sudah beberapa waktu berjalan, Manyamai Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan Bariran dengan kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun hidup bersatu.

2.        Huang Sinde Andau Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut Ewen Ndue Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Atun Tiruke Madu Manyauk Nampaenyet Kumpal Rarayun Tanjung.
Artinya :
Pada suatu hari Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, ada keinginannya mau mencari managguk ikan di rumput Kumpei Rarayun Tanjung.

3.        Le Ewen Ndue Palus Batulak Kilien Kea Kaharetan Ewen Sintung Ndue Manyauk Nampaenyet Kumpai Rarayun Tanjung, Salenga Pajanjuri Dahea Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.
Artinya :
Mereka berdua langsung saja berangkat, dan tiba-tiba di saat mereka berdua manangguk ikan, pajanjuri lagi Darah Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan.

4.        Sana Taratuntue Daha Belum Ije Pajanjuri, Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Palus Handuanae Karangan Mangkuasae Mahapan Dawen Kumpai Raryun Tanjung, Inantilape Mahapan Dawen Kayu Bulan Tilap Telu Puluh.
Artinya :
Begitu mati darahnya yang telah jatuh tersebut, Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan langsung mengambil dan membungkusnya dengan daun Kumpai Rarayun Tanjung, dan dilapisnya lagi dengan daun Kayu Bulan tiga puluh lapis.

5.        Libah Te Bangkusan Daha Belum, Palus Hajakahea Akan Hila Kalimbahan Laut Mangantung ; Hayak Auh Nyahu Batengkung Ngaruntung Langit, Homboh Malentar Kilat Basiring Hawun, Inahimbur Awi Tambun Hai Nipang Pulau Pulu, Palus Kejadian Manjadi Awu-Awu Ganan Pulau Pulu.
Artinya :
Setelah itu, bungkusan darah tersebut langsung dilepaskan olehnya pada arus sungai, dan bersama bunyi Guntur menggerumuh memenuhi alam semesta, petir halilintar menggetarkan buana, bungkusan darah tadi disebur oleh Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu sehingga kejadian menjadi Awu-awu Ganan Pulau Pulu.

6.        Awu-awu Gana Pulau Pulu Narantang Raja Pangandurum Bulit, Raja Pangandurum Bukit Narantang Sarapui Peteh Matei.
Artinya :
Awu-awu Ganan Pulau Pulu berturunan Gajah Babalai Lanting, Gajah Babalai Lanting berketurunan Raja Pangandurum Bukit, Raja Pangandurum Bukit berketurunan Sarupui Peteh Matei.

7.        Sarupui Peteh Matei, Handuanan Minae Ije Kalambutan Bapae, Manjadi Bulan Bawi Bambaie, Bara Hete Ewen Ndue Narantang Randing Tandang, Randing Tandang Narantang Rama Batanduk Garing, Rama Batanduk Garing Narantang Hadangan Laut, Hadangan Laut Narantang Hadangan Bakawan.
Artinya :
Sarupui Peteh Matei beristrikan saudara kandung ayahnya, dan dari perkawinan ini mereka berketurunan Randin Tandang, Randin Tandang berketurunan Rama Batanduk Garing berketurunan Hadangan Laut, Hadangan Laut inilah yang berketurunan hewan kerbau bagi kehidupan dunia.

8.        Randing Tandang Ewen Ndue Rama Batanduk Garing Jetuh Tarantang Bara Sarupui Peteh Matei Ije Salah Hurui, Awi Te Tarantang Jatuh Inyewut Tarantang Tulah Sahu.
Artinya :
Randing Tandang dan Rama Batanduk Garing adalah keturunan dari perkawinan Sarupui Peteh Matei dengan saudara kandung ayahnya.  Inilah sebabnya keturunan ini disebut Tulah Sahu.

9.        Jetuh Bukue Akan Pambelum Ulun Kalunen Amun Ewen Kawin Babane Salah Huruei, Jeteh Hai Tutu Kapalie, Pali Katulah Petak Danum, Awi Te Bukue Uluh Mamunu Hadangan Akan Sakin Petak Danum Mangat Terai Nganduang Tulah Sahu.
Artinya :
Ini pula yang menyebabkan awal bagi kehidupan di dunia ini, apabila terjadi perkawinan berbeda jenjang pengaruhnya bagi alam lingkungan, dan ini pula sebabnya hewan kerbau menjadi hewan kurban untuk kesetabilan alam lingkungan dari pengaruh buruk sebagai akibat Tulah Sahu tadi.

10.    Bulan Bawi Bambai Sarupui Peteh Matei Ije Nyandang Rahian, Ije Bagare Kameluh Bawin Banting, Narantang Sapi Rumbai Ambun, Sapi Rumbai Ambun, Narantang Sapi Bawan, Ewen Tuh Uras Badarah Nyalung Kaharingan Belum, Baisi Guhung Paninting Aseng, Tuntang Jetuh Tarantang Kahinje Ije Hakabuah Huruie.
Artinya :
Istri Sarupui Peteh Matei yang kedua, yang bernama Kameluh Ba Win Banting berketurunan Sapi Rumbai Ambun; Sapi Rumbai Ambun berketurunan Sapi Bakawan; mereka inilah yang derdarah daging air suci kehidupan, dan keturunan ini adalah perkawinan dalam jenjang silsilah yang benar.
























PENJELASAN
KITAB SUCI PANATURAN
PASAL 9 AYAT 1-10
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan Pajanjuri Dahae Ije Ka-Telu

Om Swastyastu
Tabe Selamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang
Umat sedarma yang disucikan oleh Raying Hatalla Langit melalui kitab suci Panaturan, Sudah beberapa waktu berjalan, Manyamai Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan Bariran dengan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu Kamasan Tambun hidup bersatu, pada suatu hari Manyamai Tunggul Garing janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, ada ke inginannya mau mencari ikan di Rumput Kumpai Rarayun Tanjung.
Mereka berdua langsung saja berangkat, dan tiba-tiba disaat mereka mencari ikan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan mengalami keguguran kembali untuk ke-tiga kalinya.  Begitu banyak darahnya berjatuhan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan langsung mengambil daun Kumpai Rarayun Tanjung dan dilapisanya lagi dengan daun kayu bulan sebanyak 30 ( tiga Puluh ) lapis untuk membungkus darah tersebut.
Umat sedarma yang disucikan oleh Raying Hatalla Langit melalui kitab suci Panaturan, setelah itu bungkusan darah yang dibungkus dengan daun tadi langsung dibuang olehnya pada arus sungai dan bersamaan bunyi guntur menggerumuh memenuhi alam semesta, petir halilintar menggetarkan buana. Bungkusan datah tadi disembur oleh Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu sehingga kejadian menjadi Awu-awu Ganan Pulau Pulu.
Umat sedarma yang disucikan oleh Raying Hatalla Langit melalui kitab suci Panaturan, dari penjelasan diatas dapat kita cermati bahwa dalam suatu kehidupan di dunia ini, apabila terjadi perkawinan berbeda jenjang silsilah itu sangat besar sekali pengaruhnya bagi alam lingkungan.
Umat sedarma yang disucikan oleh Raying Hatalla Langit melalui kitab suci Panaturan, mungkin hanya itu pendehan atau darmawacana yang dapat saya sampaikan atas kurang dan lebihnya saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, karena saya masih dalam proses pembelajaran, akhir kata saya ucapkan dengan paramasanti
Om Santi, Santi, Santi, Om
Sahiy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an