Langsung ke konten utama

tri kaya parisudha



 Tri Kaya Parisudha
A.  Pengertian Tri Kaya Parisudha
                               Tri Kaya Parisudha  berasal dari bahasa sanskerta, yang tetdiri dari  Tri artinya tiga, Kaya artinya perilaku atau perbuatan, dan Parisudha artinya baik, bersih, suci atau disucikan. Jadi Tri Kaya Parisudha adalah tiga perilaku manusia berupa pikiran, perkatan, dan perbuatan yang harus disucikan.Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan yang disucikan dimaksudkan perilaku manusia yang baik atau perilaku manusia itu tidak boleh dikotori dengan perilaku yang tidak baik. Ketiga perilaku  yaitu berpikir, berkata dan berbuat yang baik harus selalu dijadikan pedoman khususnya bagi umat Hindu dan bagi manusia pada umumnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari,sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya, manusia dengan sesama dan manusia dengan pencipta ( Tuhan).
                     Tri Kaya Parisudha dapat juga diartikan sebagai tiga unsur yang harus disucikan. Adapun ketiga unsur atau bagian  Tri kaya parisudha  itu sebagai berikut:
     1. Manacika  parisudha
         Manacika  berasal dari bahasa sanskerts, berasal dari kata manana yang artinya pikir,jadi manacika parisudha adalah pikiran yang harus disucikan. Seperti Dengki dan iri hati. Segala sesuatu di awali dari pikiran, pikiran yang baik adalah merupakan penerapan nilai-nilai ajaran agama yang pada akhirnya akan menuntun seseorang menuju jalan dharma. Pikiran ibaratkan riak gelombang yang terkadang akan nampak kepermukaan dan sesekali akan menghilang maka sebaik nya pikiran itu harus dikekeng sebagai langkah pengendalaian untuk menuju kebaikan dan kemuliaan, pikiran yang dalam bahasa sanskerta berasal dari kata manana yang berarti pikir, kemudian kata pikir ini berkembang menjadi doa, dengan demikian maka apa yang di pikirkan hakikatnya adalah doa yang pada akhirnya akan membuahkan hasil.
            Dengan adanya pikiran yang baik, suci dan benar akan melahirkan ucapa/perkataan  dan tingkah laku perbuatan yang halus dan suci. Dengan adanya pikiran dan tuturkata atau perkataan yang halus dan suci akan mewujudkan perbuatan dan tingkahlaku yang baik, dan benar juga. Demikian juga sebaliknya yaitu tinkah laku, ucapan/kata-kata di kendalikan oleh pikiran.
     2. Wacika Parisudha
          Wacika berasal dari kata wacana yang artinya kata, jadi wacika parisudha adalah perkataan yang harus  disucikan. Seperti berkata kasar, berbohong,mencaci maki,  dan menfitnah orang lain adalah perbuatan tidak baik, tercela lebih-lebih hal tersebut dilakukan dihadapan orang banyak, didepan umum.Apalagi berani berkata-kata kasar, mencela orang tua atau orang yang lebih tua(Wisnu,2001:38)  Perkataan adalah ucapan yang di keluarkan melelui alat ucap yaitu mulut, perkatan yang dikeluarkan melalui mulut sebaiknya  di upayakan agar siapa saja yang kita ajak bicara tidak merasa tersingguung. Kata-kata di ibaratkan seperti sebilah pisau yang sangat tajam yang bisa melukai siapa saja, maka oleh karena itu kendalikan lah perkataan dengan selalu mengucapkan perkataan yang baik demi menjaga keharmonisan bagi sesama,.
     3.  Kayika Parisudha
          Kayika berasal dari kata kriya yang artinya kerja atau berbuat,jadi Wacika parisudha adalah perbuatan yang harus disucikan. Seperti mencuri, berzinah, dan menyakiti atau membunuh makhluk lainnya.
                        Kayika parisudha berarti peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Tindakan yang baik adalah bertujuan untuk membina hubungan yang selaras atau hubungan yang rukun antara seseorang dengan makhluk yang hidup di sekitarnya, berhubunngan yang selaras antara keluarga yang membentuk masyarakat dengan masyarakat itu sendiri, antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dan antara manusia dengan alam sekitarnya(Mantra,2009:10
                   Jadi  pada dasarnya perkatan dan parbuatan bersumber atau berawal dari pikiran. Pikiran yang baik akan menuntun manusia berkata atau berbuat yang baik pula. Dari prinsip itu, maka yang paling awal  harus di kendalikan manusia adalah pikirannya.Hal-hal yang mempengaruhi pikiran harus selalu dijaga, seperti kestabilan jiwa atau emosi, kebutuhan akan kesehatan jiwa dan raga, termasuk kebutuhan akan estetika. Dengan jiwa tenang orang dapat mengendalikan pikirannya sehingga dapat berfikir dengan jernih yang akhirnya akan terlihat  dalam bentuk perkataan yang baik dan perbuatan yang baik.
                               Orang bijaksana mengatakan” Waspadalah terhadap pikiran anda, karena ia akan menjadi kata-kata anda,waspadalah terhadaplah terhadap kata-kata anda karena ia akan menjadii tindakan anda, waspadalah terhadap tindakan anda, karena ia akan menjadi sikap anda”.
                               Bila kita memperhatikan ungkapan di atas, jelas sekali bahwa pikiran manusia itu dapat menjadi sumber kebahagiaan atau sekaligus dapat juga menjadi sumber kesengsaraan, keppapaan(kekotoran). Dan sumber neraka.(AA. Gede Raka Mas,2004:68)                 Didalam Kitab suci Weda mengajarkan agar umat manusia menjauhkan diri dari kejahatan dan perbuatan dosa serta menyingkirkan kedengkian. Umat manusia agar selalu berbuat dharma, dengan ucapan  yang manis hendaknya dan selalu berbuat kebaikan. Manusia semestinya jaga selalu menyucikan pikiran dan budinya. Pernyataan  tersebut sama seperti yang diajarkan dalam Tri Kaya Parisudha yaitu berpikir yang baik, berkata yang baik, dan berbuat  baik menjadi dasar dan pedoman hidup bagi umat hindu dan bagi umat manusia pada umumnya, sehingga kerukunana, ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat dapat tercipta sesuau dengan tujuan agama hindu dan tujuan pendidikan pada umumnya.
                   Ketiga bagian tri kaya parisudha di atas seharusnya dapat berjalan searah, seirama dan sejalan, karena pikiran,perkataan, dan perbuatan yang baik, suci dan benar merupakan alat untuk mendidik, menggembleng diri setiap orang termasuk peserta didik agar menjadi manusia yang berbudhi sattwam(baik). Dan berguna bagi keberlangsungan bagi eksistensi manusia dimasa akan datang.
                   Pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik akan membina watak manusia untuk menjadi anggota keluarga,anggota masyarakat yang baik, menjadi putra bangsa dan menjadi manusia yang berpribadi mulia, serta akan dapat membimbinng manusia untuk mencapai pantai bahagia. Selain daripada itu, pikiran,perkataan,dan perbuatan dapat menuntun manusia untuk mencapai penyatuan sang diri(jiwatman) dengan Brahman(Tuhan).
                   Kebahagiaan yang mutlak dan abadi, hanya dapat dinikmati bilamana rooh seseorang(jiwatman) dapat mencapai penyatuan dengan Brahman, hanya itu lah yang dapat memberi kebahagiaan yang diliputi oleh perasaan tenang dan tenttram karena murninya roh(atma) yang di sebut dalam istilah bahasa sanskerta ananda(kebahagiaan sejati)
                   Didalam bhagawat gita VI, 21 ada sloka yang berbunyi sebagai berikut:
                               Sukham  atyantikam yat tad
                               Budhigrahyam atiundryam atindriyam
                               Wetti yatra na caiwa yam,
                               Sthitaccalati tattwatah
Artinya:      pada waktu iamenikmatti kebahagiaan rohani yang tiada bandingannya, yang hanya bisa dicapai dengan budhi, yang lebih tinggi dari panca indra, tetap(menikmati kebahagiaan itu) tiada akan jauh berbeda dengan yang Mutlak .  
.B. Faktor-faktor yang menghambat dalam Menanamkan Nilai-nilai Tri Kaya Parisudha Pada Peserta Didik
                          Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memiliki dua sifat yaitu manusia berprilaku baik dan berprilaku tidak baik.Perilaku peserta didik yang baik maupun yang tidak baik sama-sama berpeluang dapat berubah.Perilaku  baik bisa lebih baik lagi atau bisa menjadi tidak baik, sebaliknya perilaku yang tidak baik dapat berubah menjadi baik atau menjadi lebih buruk lagi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat  menghambat dalam penanaman nilai-nilai etika yang terkandung dalam Tri Kaya Parisudha. Adapun Faktor-faktor penghambatnya sebagai berikut:
     1.  Faktor Sosial Budaya
                          Sosial budaya merupakan perilaku atau kebiasaan manusia dalam kehidupan   sehari-hari. Perilaku atau kebiasaan-kebiasaan hidup manusia akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, termasuk dalam penanaman nilai-nilai etika yang terkandung dalam Tri Kaya Parisudha. Seperti anak yang tumbuh di lingkungan masyarakat yang memiliki tata krama bermasyarakat yang baik, memiliki sopan santun dan memiliki sikap saling menghargai, tentu anak tersebut juga akan terbiasa melihat dan melakuakan perilaku-perilaku yang baik. Sebaliknya , anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang tidak harmonis, tentu juga akan berpengaruh terhadap masalah perkembangan psikologis si anak yang cenderung mengarah ke hal-hal Negatif.
     2. Faktor Lingkungan
                          Faktor lingkungan yang dimaksud berpengaruh terhadap proses penanaman nilai-nilai etika yang terkandung dalam Tri Kaya Parisudha adalah faktor lingkungan keluaraga, sekolah dan masyarakat. Pada faktor sosial budaya telah disinggung tentang kebiasaan masyarakat dan orang tua yang dapat menpengaruhi perkembangan peserta didik. Contoh perilaku yang berdampak  pada perilaku  si anak (peserta didik) misalnya, anak yang tumbuh di lingkungan masyarakat suks minum-minuman keras ( mabuk-mabukan), anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang merokok dan anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang gemar berjudi. Kebiasaan-kebiasaan seperti inilah yang dapat menghambat dalam penanaman nilai-nilai  etika. Lingkunngan adalah satu kondisi dimana peranannya sangat mempengaruhi perkembangan keperibadian indivu maupun kelompok, perkembangan kejiwaan seseorang sangat mungkin dapat di pengaruhi oleh faktor lingkungan yang selalu bersentuhan dengan siapa saja, dan siap menjadi penentu keperibadian seseorang.
     3. Faktor Perkembangan Teknologi
                          Pengaruh global sangat memungkinkan peserta didik mudah terkontaminasi oleh hal-hal yang dapat merusak perilaku mereka, seperti pengaruh teknologi berupa HP, Leptop dan media internet yang memudahkan dalam mentrasfermasi suatu pesan dalam bentuk gambar maupun video atau film. Di isatu sisi, hasil-hasil  teknologi sangat diperlukan untuk memudahkan dan mempercepat aktivitas-aktivitas manusia  termasuk aktivitas dalam belajar, Sedangkan disisi lain hasil-hasil teknologi dapat menjerumuskan penggunanya ke hal-hal negatif. Sebagai contoh hasil teknologi berupa HP yang merupakan alat komunikasi  yang memiliki fasilitas-fasilitas canggih,seperti musik, gambar, film, kamera, dan fasilitas internet, Dengan HP, manusia dapat melakukan komunikasi dengan cepat  walaupun rekan komunikasi berada ditempat yang jauh atau di negara lain. Tetapi  apabila si pengguna alat tersebut, tidak dilandasi oleh akhlak mulia yang memadai tentu akan mudah terjerunus melakukan hal-hal yang aneh atau negatif dengan fasilitas yang ada pada HP. Untuk menghindari dan merubah penyimpangan-penyimpangan perilaku, maka diiperlukan usaha bagi kalangan pendidik di sekolah dalam mengembangakan pontensi akhlak mulia peserta didik, yaitu dengan penanaman nilai-nilai etika seperti nilia-nilai etika yang terkandung  dalam Tri Kaya Parisudha.
C. Upaya-Upaya dalam Menanamkan Nilai-Nilai Tri Kaya Parisudha pada Peserta Didik
                          Seperti telah disebutkan di atas, bahwa Tri Kaya Parisudha terdiri dari tiga bagian, yaitu : Manacika (berfikir yang baik), Wacika (perkataan yang baik), Kayika (perbuatan yang baik). Sebagai umat manusia yang merupakan mahluk termulia, hendaknya kita menjalankan tiga aktivitas suci tersebut sehingga kemuliaan kita sebagai manusia tetep terjaga. Selain itu, dengan melakukan tiga aktivitas tersebut diharapkan sikap saling menghargai antar sesama, perdamaian, kerukunan,kebahagiaan , dan segala hal yang baik akan segera terwujud.
                          Manacika yang berarti pikiran yang baik atau suci. Berpikir  baik tanpa kekotoran  dan tanpa ada rasa kebencian atau kemarahan. Hindarilah pikiran mengecilkan dan  mencurigai orang lain, akibat rasa sombong dan merasa lebih tinggi. Karena pikiran  itu, ibarat menanam benih celaka. Upaya kongkritnya adalah dengan selalu berpikir positif dalam setiap kondisi, seperti:
     1. biasakanlah berfikir dan bersikap welasasih atau kasih sayang terhadap sesama mahluk dan memupuknya secara terus menerus.
2.belajar mengendalikan diri agar rasa iri dandengki dapat ditiadakan dan tidak timbul lagi dalam fikiran.
3.sibukanlah diri dengan rajin bekerja, sehingga tidak ada kesempatan bagi fikiran untuk ngelamun atau memikirkan yang bukan-bukan. Sibuk degan pekerjaan sendiri, tentunya tidak akan ada peluang untuk memikirkan hal yang aneh- aneh.
4. tanamkan terus fikiran dansikap pengendalian diri yang baik, sehingga kita mudah memberi maaf kepada orang lain dan tidak cepat marah maupun putus asa.
5. selalulah berfikir yang baik dan benar, sehingga nafsu atau keiginan buruk yang timbul karena pegaruh lingkungan dan panca indriya, dapat ditiadakan.
6. biasakanlah berfikir , berkata dan berbuat yang baik, sehingga kita dapat menjadi manusia yang berbudi luhur dan beriman teguh antara lain dengan dengan melaksanakan tapa brata, yoga dan samadhi.
                          Wacika yang berarti perkataan yang baik /suci. Upaya kongkritnya adalah dengan berkata sopan terhadap sesama tanpa memandang statusnya. Status yang dimaksud termasuk umur, jabatan, atau posisi dan sebagainya. Berawaldari fikiran , perkataan. Perkataan adalah sabda pemikiran yang akan berlanjut menjadi tindakan. Tutur kata yang santun , enak, sedap dan tidak keras. Maksud yang diutarakan jelas yang disusun secara teratur. Untaian kata mengudang keakraban dan mudah untuk diterima. Kata- kata  dipilih yang santun dan tak berkepanjangan. Sikap dan gaya bicara  cukup seperlunya tidak perlu dilebih-lebihkan , yang penting apa yang diuraikan membuat senang siapa pun yang mendengarkanya.
                          Kayika yang berarti perbuatan yang baik/suci. Upaya kongkrit dari kayika adalah dengan melakukan kegiatan membantu sesama manusia baik berupa fisik mau pun non fisik. Perilaku atau perbuatan harus dilaksakan dengan baik dan benar. Setiap perbuatan , apakah perbuatan baik atau perbuatan buruk akan dapat menimbulkan apa yang dinamakan buah karma. Perbuatan yang baik akan menimbulkan buah karma yang baik sebaliknya perbuatan yang buruk akan menimbulkan perbuatan yang buruk. Buah karma itu adalah pahala atau hasil dari perbuatan kita. Semua manusia tentu tidak igin memetik buah karma buruk. Semua orang igin mendapatkan buah karma yang baik. Karena itu janganlahbberbuat yang tidak baik yang dapat menciptakan buah karma buruk .
                          Menurt orang bijak , waspadalah terhadap pikiran anda, karena ia akan menjadi kata-kata anda.waspadalah terhadap kata –kata anda, karena ia akan menjadi tindakan anda. Waspadalah terhadap tindakan anda karena ia akan menjadi sikap anda  bagaimana mengimplikasikan nilai- nilai tri kaya parisudha kepada peserta didik di sekolah ?. di atas telah di jelaskan langkah kongkrit dan berfikir, berkata dan berbuat yang baik. Penamaan nilai- nilai tersebut tidak serta merta hanya dilingkungan sekolah saja, melainkan harus dimulai dari keluarga peserta didk termasuk juga lingkungan masyarakat. Peserta didik yang tumbuh di lingkungan keluarga yang baik, tentu akan lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam tri kaya parisudha . menanamkan nilai-nilai etika tri kaya parisudha tidak dapat di lakukan hanya sekedar degan tutur kata saja, namun seorang guru harus menjadi tauladan dalam mengimplikasikan nilai –nilai etika tri kaya parisudha. Dealam melakukan kegiatan  pemblajaran seorang guru harus megantarkan  materi pelajaran dengan tutur kata yang santun dan perilaku yang sopan , sehingga peserta didik terbiasa mendegar dan melihat langkah kongkrit dari pelaksanaan nilai- nilai etika yang terkandung dalam tri kaya parisudha. Dengan tauladan para guru akan dapat mempegaruhi perilaku-perilaku peserta didik.
D.Manfaat Penanaman  Nilai-Nilai  Tri Kaya Parisudha pada Peserta Didik
                          Tri Kaya Parisudha atau berikir yang baik , berkata baik dan berbuat yang baik tentu mempunyai tujuan yang sangat baik bagi peserta didik dalam kehidupan masyarakat, khususnya umat hindu. Secara umum trikaya parisudha dapat dikatakan mempunyai tujuan seperti dibawah ini:
1. untuk mengembangkan sifat dan sikap jujur dan setiap berfikir , berkata maupun berbuat bagi peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
2. untuk menumbuh kembangkan sikap mental yang bertanggung jawab tanpa diawasi oleh orang lain.
3. untuk menumbuhkan kesadaran guna berbuat baik dan megenal berbagai akibat yang dapat timbul dari fikiran , perkataan dan perbuatan yang dilakukan.
4. untuk memberi petunjuk yang baik dan perlu dimiliki serta disadari dalam bergaul, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
         5. untuk megajarkan agar manusia selalu waspada dan hati- hati terhadap pikiran, perkataan      dan perbuatan, karena baik fikiran, perkataan mau pun perbuatan itu dapat menyebabkan orang lain tidak senang. Sedih atau marah, sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan kesusahan kepada diri sendiri.
                          Penanaman nilai- nilai tri kaya parisudha di lingkungan pendidikan sangat bermanfaat dalam pegembangan potensi peserta didik menjadi manusia yang berahlak mulia. Manfaat- manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. bagi peserta didik yang memiliki karakter atau sifat baik akan menjadi manusia lebih potensial dan untuk memperkokoh iman agar tidak mudah kena pengaruh yang buruk.
         2. bagi peserta didik yang memiliki karakter atau sifat tidak baik, melalui penanaman nilai- nilai tri kaya parisudha akan menjadi harapan berubah menjadi manusia yang lebih baik, sehingga tidak terjerumus ke hal- hal yang lebih buruk lagi.
        3. peserta didik yang patuh dengan nilai- nilai tri kaya parisudha sehinga menjadi manusia berahlak mulia akan lebih mudah dalam megembangkan potensi- potensi lainnya, seperti kecerdasan kretifitas, tanggung jawab, dan sebagainya.
4. peserta didik yang patuh dengan nilai- nilai tri kaya parisudha akan selalu hidup rukun, tentram dan damai dalam lingkungan masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGIATAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS KPM, BUMDes, DESAIN DAN RAB

Kamis 7 Desember 2023 Pemerintah Desa Terusan Makmur dan Pemerintah Desa Terusan Mulya mengadakan kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB. Peserta Pelatihan terdiri dari Perangkat Desa, BUMDes, KPM dan Kader Posyandu. Jumlah Narasumber ada 6 diantaranya:  1. HENDRANO, S.P dan RIJALI RAHMAN, S.Pd.I Judul Materi Pemahaman Administrasi BUMDes  2. YUDIANTO,S.H dan ELISE, S.P Judul Materi Pelatihan KPM dan Posyandu  3. SUYONO, S.T dan TITI YULIANTI, S.Pd.I Judul Pelatihan materi Desain RAB kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Terusan Makmur.  harapan PLH. Kades Terusan Makmur Bapak Anang Amunddin, S.Pd terhadap seleruh pesesta pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB yaitu  1. dapat menambah pengetahuan dalam bidang masing-masing  2. dapat diterapkannya setelah mengikuti pelatihan Peningkatan Kapasitas KPM, BUMDes, Desain dan RAB ini.

DEWATA NAWA SANGA

Dewata Nawa Sanga, 9 Dewa Peguasa Mata Angin 1. Definisi Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa. 2. Penjelasan Tentang Atribut Dewata Nawasanga a. Dewa Wisnu Arah : Utara/Uttara Pura : Batur Aksara : Ang Senjata : Cakra Warna : Hitam Urip : 4 Panca Wara : Wage Sapta Wara : Soma Sakti : Dewi Sri Wahana : Garuda Fungsi : Pemelihara b. Dewa Sambhu Arah : Timur Laut/Airsanya Pura : Besakih Aksara : Wang Senjata : Trisula Warna : Biru/Abu-Abu Urip : 6 Panca Wara : Sapta Wara : Sukra Sakti : Dewi Mahadewi Wahana : Wilmana c. Dewa Iswara Arah : Timur/Purwa Pura : Lempuyang Aksara : Sang Senjata : Bajra Warna : Putih Urip : 5 Panca Wara : Umanis Sapta Wara : Redite Sakti : Dewi Uma Wahana : Gajah Putih d. Dewa

LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

  LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar belakang Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi , yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Ada dua alasan mengapa para pendidik perlu memiliki landasan filosofis pendidikan. Pertama, karena pendidikan bersifat normatif maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi atau sesuatu titik tolak yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif tersebut an